Monday, February 23, 2009

Simbol Kota

Sense of Place
Kota Bukittinggi merupakan sebuah kota yang terletak di dalam Provinsi Sumatera Barat.Keindahan alam dan tempat wisata yang menarik menjadi keunggulan yang dimiliki oleh kota Bukittinggi.Dari segi kehidupan masyarakatnya banyak yang bermata pencaharian di bidang pertanian dan bidang perdagangan dan jasa.Hal ini dipengaruhi oleh keadaan daerah dengan tanah yang subur dan prospek cerah di bidang pariwisata yang menguntungkan untuk kegiatan perdagangan.Bukittinggi memiliki simbol-simbol kota yang mengindikasikan bahwa kita pernah mengunjungi kota ini.Diantaranya adalah:
1. Ngarai Sianok
Lembah curam (jurang) yang terletak di jantung kota
Bukittinggi, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok dari selatan ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi.Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (Patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) yang dialiri Sungai Sianok yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.Sungai Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yg disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, serta tapir.
2. Goa Jepang
Lokasi Goa Jepang dari Ngarai Sianok dibagian atas dan tembus ke Ngarai bagian bawah. Goa ini sebagaimana namanya, dibangun oleh Tentara Jepang sebagai benteng perlindungan sekaligus tempat pelarian mereka. Goa ini dibangun oleh tetesan keringat dan darah rakyat Sumatera Barat, yang setelah goa terbangun mereka semua dibunuh agar kerahasiaan goa ini terjamin. Benteng goa ini terdiri dari lorong panjang berliku-liku, ada ruangan rapat, ruangan tidur, ruangan tahanan dan dapur. Memang sekarang ini hanya ruangang-ruangan kosong tanpa ada isinya, kita tahu kegunaan ruangan tersebut juga dari cerita penjaganya. Goa Jepang ini masih terus diexplorer, karena disinyalir goa ini masih lebih luas dibanding dengan apa yang telah ditemukan sekarang.
3. Jam Gadang
Jam Gadang adalah sebuah
menara jam yang merupakan markah tanah kota Bukittinggi dan provinsi Sumatra Barat di Indonesia. Simbol khas Sumatera Barat ini pun memiliki cerita dan keunikan karena usianya yang sudah puluhan tahun.Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota). Pada masa penjajahan Belanda, jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan, sedangkan pada masa pendudukan Jepang, berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau.Ukuran diameter jam ini adalah 80 cm, dengan denah dasar 13x4 meter sedangkan tingginya 26 meter. Pembangunan Jam Gadang yang konon menghabiskan total biaya pembangunan 3.000 Gulden ini, akhirnya menjadi markah tanah atau lambang dari kota Bukittinggi. Ada keunikan dari angka-angka Romawi pada Jam Gadang ini. Bila penulisan huruf Romawi biasanya pada angka enam adalah VI, angka tujuh adalah VII dan angka delapan adalah VIII, Jam Gadang ini menulis angka empat dengan simbol IIII (umumnya IV).Yang patut diketahui lagi, mesin Jam Gadang diyakini juga hanya ada dua di dunia. Kembarannya tentu saja yang saat ini terpasang di Big Ben, Inggris. Mesin yang bekerja secara manual tersebut oleh pembuatnya, Forman (seorang bangsawan terkenal) diberi nama Brixlion.
4. Pasar Tradisional Kota Bukittinggi (Pasa Ateh,Bawah dan Aua Kuniang)
Pasar Atas, Pasar Bawah dan Pasar Aur Kuning merupakan sentra dari kegiatan perekonomian masyarakat Kota Bukittinggi secara khusus dan Sumatera Barat secara umum. Kegiatan perekonomian di ketiga pasar ini selalu ramai setiap harinya dan para pengunjung datang dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Barat. Bagi para wisatawan yang baru datang ke pasar ini, perlu memperhatikan proses pembelian. Hendaknya para pembeli terlebih dahulu melakukan tawar menawar. Dengan melakukan tawar-menawar, para pembeli akan mendapatkan harga yang lebih murah. Tetapi, kalau tidak dilakukan tawar-menawar, para pembeli tentu akan mendapatkan barang dengan harga yang lebih mahal dari harga biasanya.Keistimewaan ketiga pasar ini adalah lokasinya yang terletak di pusat kota Bukittinggi sehingga para wisatawan yang datang dari luar kota dan ingin berbelanja di pasar tersebut dengan mudah dapat menemukannya. Untuk menunjang perjalanan para wisatawan menuju pasar, tersedia banyak sarana transportasi yang cukup memadai.


No comments:

Post a Comment