Saturday, February 7, 2009

Pulau Jawa, Nasibmu kini

Menyingkap Masa Depan Pulau Jawa
Oleh Hendris Mur Aditama


Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau baik itu besar maupun kecil dengan luas total daratannya adalah 1.919.443 km².Dari sekian banyak pulau di Indonesia,pulau Jawa merupakan pulau terpadat dengan luas daerahnya 132.187 km² yaitu 6,9 % luas daratan seluruh Indonesia.Namun luas pulau Jawa yang tidak begitu besar ini tidak sebanding dengan jumlah penduduknya yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan bahkan pada saat sekarang ini jumlah penduduk pulau Jawa sudah mencapai 60 % dari jumlah penduduk Indonesia.Pada tahun 1920 penduduk pulau Jawa hanya 34,4 juta,kemudian pada tahun 1930 sebanyak 41,7 juta,tahun 1940 sekitar 48,4 juta,tahun 1950 menjadi 60 juta,tahun 1990 bertambah mencapai 107 juta dan bahkan pada tahun 2005 jumlah penduduk pulau jawa adalah 124 juta jiwa dengan kepadatan 979 jiwa per km² .
Dalam perkembangannya,pulau Jawa berkembang dengan sangat pesat di berbagai bidang.Ini disebabkan oleh fungsi pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan yang secara otomatis juga menjadi pusat kegiatan perekonomian di Indonesia.Sebagai pusat pemerintahan berbagai macam kegiatan politik dan administrasi Negara sebagian besar dilakukan di pulau yang tidak begitu luas ini.Selain itu berbagai infrastruktur dan fasilitas pendukung berbagai kegiatan pemerintahan maupun ekonomi yang dilengkapi dengan sarana accessibility yang cukup lengkap dibangun di pulau Jawa untuk memudahkan segala aktivitas pemerintahan maupun ekonomi tersebut.Sejak zaman dahulu kala pulau Jawa memang lebih cepat berkembang dari daerah lain karena kehidupan budayanya yang maju sehingga sangat mendukung kegiatan perekonomian.Misalnya lebih dari seribu tahun yang lalu di pulau Jawa telah dibangun karya seni dan teknologi yang hebat dan terkenal di seluruh dunia yakni Candi Borobudur. Aspek itu ditambah dengan kenyataan bahwa pulau Jawa tanahnya sangat subur sehingga cocok untuk kegiatan pertanian dan perkebunan yang sebelum revolusi industry menjadi kegiatan yang paling utama.Infrastruktur lebih dahulu dikembangkan di pulau Jawa sebagai penunjang kegiatan ekonomi dan industri yang awalnya adalah untuk sebuah perkebunan besar.inilah yang menyebabkan pulau Jawa memiliki kemampuan daya tarik yang luar biasa dibandingkan dengan pulau-pulau besar lain di Indonesia. Jawa ditempatkan sebagai pusat peradaban awal. Keunggulan Jawa dibandingkan dengan pulau lain, menurut Bernard HM Vlekke (1961) dalam bukunya, Nusantara: History of Indonesia, membuktikan bahwa puncak perkembangan organisasi sosial yang berasal dari lingkungan sawah terdapat di nusa ini. Dari organisasi sosial sederhana ini kemudian berkembang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang mencapai puncaknya pada era Majapahit.Ketika Majapahit runtuh, mulailah era kekuasaan Kerajaan Demak yang Islam. Pusat kekuasaan beralih dari pedalaman ke pesisir utara, berlanjut hingga kerajaan Cirebon dan Banten.Meskipun sempat beralih ke pedalaman kembali, Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta, wilayah pesisir telah menjadi ”ramai” karena arus perdagangan hingga kedatangan bangsa-bangsa Eropa Cara melihat Jawa pun berubah ketika kolonial Belanda berkuasa. Pusat-pusat kekuasaan dan ekonomi mulai bermunculan di pesisir utara. Kota-kota Jakarta, Semarang, atau Surabaya yang sebelumnya hanya berupa pelabuhan kecil ”disulap” menjadi kota besar, menyaingi kota-kota pedalaman lama, seperti Yogyakarta dan Surakarta.Jejak cara pandang ini bisa dilihat pada lembaran peta-peta buatan dari buatan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada abad ke-17 hingga ”bikinan” Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels tahun 1810. Gambar Pulau Jawa dibalik—tidak lazim untuk aturan pembuatan peta-peta sekarang.Pesisir utara diletakkan di bawah, sedangkan pesisir selatan diletakkan di atas. Pesisir utara dianggap ”penting”, sedangkan wilayah pedalaman dan pesisir selatan dianggap ”tidak penting”. Utara dijadikan pusat, wilayah tengah dan selatan ditetapkan sebagai periferi, hinterland, daerah yang mendukung kegiatan utara.Pembangunan infrastruktur pun marak di wilayah utara. Jalan-jalan dibangun untuk mendistribusikan hasil bumi ke pesisir. Contohnya, perkebunan kopi yang dibangun di daerah Priangan—saat ini masuk Kabupaten Bandung—disalurkan ke pelabuhan Batavia (Jakarta). Demikian juga industri pengolahan pun berkembang di sini.
Pada saat sekarang ini 59,3 persen produk domestik bruto (PDB) nasional dihasilkan dari kegiatan-kegiatan ekonomi di pulau Jawa.Sektor industri di pulau Jawa menyumbang 67,4 % dari keseluruhan nilai tambah industri nasional.Jumlah perusahaan industri manufaktur di pulau Jawa adalah 79,3 % dari seluruh Indonesia.Pada tahun 1995,pangsa ekspor sector industri manufaktur pulau Jawa mencapai sekitar 70% dari ekspor hasil industry manufaktur nasional.Di bidang pertanian pada tahun 1994 sekitar 47,4 % nilai tambah di sector pertanian bersumber di pulau Jawa. Pada tahun 1993 jumlah rumah tangga petani di pulau Jawa sekitar 11,8 juta adalah 54,5 % dari seluruh rumah tangga petani di Indonesia, padahal luas lahan pertanian di pulau Jawa adalah 31,8 % dari seluruh lahan pertanian Indonesia.Namun,dari luasan itu 59,5 % adalah lahan sawah beririgasi.Oleh karenanya rata-rata produksi padi per hektar di pulau Jawa pada tahun 1993 adalah 5,13 ton lebih tinggi dari semua wilayah Indonesia lainnya (produktivitas rata-rata per hektare di Indonesia pada tahun yang sama adalah 4,38 ton).Pertumbuhan ekonomi yang pesat di pulau Jawa berpengaruh pula pada perubahan struktur dan pola penataan ruangnya.Di pulau Jawa perkotaan berkembang cepat sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industry,perdagangan dan jasa-jasa.Simpul-simpul produksi dan distribusi di pulau Jawa telah berkembang menjadi kota-kota dengan segala fasilitasnya.Perkembangan pemanfaatan ruang di pulau Jawa makin mengarah pada pertumbuhan kawasan perkotaan,perumahan dan permukiman serta kegiatan industry di sepanjang jaringan infrastruktur wilayah khususnya jalan raya sehingga membentuk 'urban belt' terutama di bagian utara.Pada tahun 1995 tercatat 442 kota-kota di pulau Jawa yang merupakan sekitar 48 % dari jumlah kota-kota secara nasional.
Dilihat dari kaca mata ekonomi memang meningkat pesatnya pertumbuhan ekonomi dan industri di pulau Jawa memberikan dampak positif bagi Indonesia tetapi apabila dibiarkan hal ini terjadi secara tak terkendali akan menimbulkan ancaman yang sangat serius dan masalah yang besar bagi kelangsungan pulau Jawa di masa yang akan datang.Sumber daya manusia yang terkonsentrasi di pulau Jawa membuat tingkat kepadatan pulau Jawa semakin tinggi bahkan dalam prediksi agenda 21 Indonesia digambarkan bahwa pada tahun 2020 akan mencapai 254.214.909 jiwa dan penduduk pulau Jawa akan berkembang menjadi 144.214.909 jiwa atau kepadatan penduduk 1091 orang per km².Ini berarti 57,7 % penduduk Indonesia hidup di 6,9 % lahan daratan.
Jawa Timur adalah propinsi dengan kepadatan penduduk terendah diantara propinsi-propinsi di Pulau Jawa. Sementara, kepadatan penduduk di Pulau Kalimantan dan Kepulauan Maluku dan Papua masing-masing hanya sebesar 20 dan 9 orang per kilometer persegi.Kepadatan penduduk yang tidak merata dimana pulau Jawa merupakan pulau yang terpadat. Kepadatan penduduk yang demikian padat di pulau jawa menyebabkan kebutuhan lahan di pulau meningkat dengan cepat. Kebutuhan lahan untuk perumahan terus mengalami peningkatan. Demikian juga kebutuhan lahan untuk industri, perdagangan, dan kebutuhan lahan non pertanian lainnya. Kecenderungan itu dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem di pulau tersebut. Misalnya gangguan pada pertanian dapat menimbulkan terjadinya peledakkan populasi hama tertentu. Tingginya kepadatan penduduk di pulau ini diikuti laju kerusakan hutan sebagai penopang kehidupan. Tahun 2004, sisa hutan seluas 2.926.949 ha dengan 21,51% atau 629.705 dalam kondisi kritis dan dari waktu ke waktu penebangan akan terus terjadi jika tidak ditanggulangi. Perambahan hutan telah terjadi dengan laju yang menakutkan akibat kebutuhan lahan bagi penduduk setempat maupun pendatang untuk tempat hidup dan berladang.Keadaan ini mempunyai dampak terhadap meningkatnya laju erosi dan tingkat sedimentasi yang ditranspor melalui sungai-sungai sehingga hampir semua sungai besar di pulau Jawa tercemar oleh sedimen,ditambah dengan sisa-sisa nutrient dan polutan dari sumber-sumber point dan non point source yang berada di sekitar sungai (permukiman,industry,pertanian,peternakan dan sebagainya).Sedimen,polutan dan nutrient mengalir di sungai akan menurunkan kualitas air sehingga menurunkan pula daya dukungnya terhadap biota laut di daerah-daerah estuaria,lahan-lahan basah,delta di daerah hilir. Hutan yang semakin berkurang hanya merupakan salah satu dampak negatif dari sekian banyak dampak lain yang ditimbulkan oleh kepadatan penduduk yang tak terkendali.Kepadatan penduduk yang sangat tinggi ini juga menjadi factor tingginnya angka kemiskinan di Indonesia,banyaknya pengangguran yang disebabkan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang mendiami wilayah Indonesia pada umumnya dan pulau Jawa khususnya.
Pemerintah telah berusaha untuk mengatasi tingkat kepadatan penduduk yang tinggi ini dengan melaksanakan program-program seperti program Keluarga Berencana yang cukup berperan dalam membuat laju Walaupun laju pertumbuhan penduduk di pulau jawa telah memperlihatkan trend menurun tetapi belum mampu menyelamatkan pulau Jawa dari ancaman serius di masa yang akan datang karena masih banyak hal-hal yang harus dibenahi untuk kelangsungan pulau Jawa.Hutan yang mulai habis harus segera dihijaukan kembali. Selain kerusakan hutan,rasio penduduk terhadap ketersediaan lahan yang makin kecil akan menyebabkan pulau Jawa di masa depan akan terus menerus menghadapi degradasi lingkungan seperti ketidak seimbangan hidrologis (keterbatasan tersedianya air,banjir,longsor)lingkungan hidup makin kumuh di bantaran-bantaran sungai,pantai dan urbanisasi semakin meningkat karena kehidupan di tanah-tanah pertanian tidak memberi harapan yang baik,meningkatnya konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (perumahan,industri,pusat-pusat jasa),meningkatnya konsumsi beras dengan bertambahnya penduduk sedangkan luas lahan pertanian tidak berubah,malah berkurang juga meningkatnya aspek sampingan dari kepadatan dan kemiskinan penduduk seperti kesehatan,kriminalitas dan pengangguran.
Apabila jumlah penduduk terus bertambah di pulau Jawa maka dipastikan bahwa pada masa yang akan datang kebutuhan beras di pulau Jawa juga akan meningkat.Dalam prediksi Agenda 21 Indonesia,kebutuhan beras akan meningkat dari 27,2 juta ton pada 1992 dan akan menjadi 45,1 juta ton pada 2018.Ini memerlukan pembukaan lahan sawah baru sebesar 11,2 juta hektar(di luar Jawa) jika ingin menyelamatkan penduduk dari kelaparan.Akan tetapi pada kenyataannya keinginan untuk mempertahankan lahan sawah di daerah Jawa hanya tinggal impian belaka.Suara-suara rakyat dan ahli-ahli yang peduli terhadap kelangsungan hidup dan lingkungan pulau Jawa tidak dihiraukan oleh para pejabat dan wakil rakyat yang lebih mementingkan sisi bisnis dan ekonomi untuk menghasilkan keuntungan semu belaka tanpa melihat jauh ke depan bagaimana nasib pulau Jawa di masa yang akan datang.Ini terlihat dari keinginan pemerintah untuk membangun tol trans Jawa sepanjang 652 km dari Cikampek,Jawa Barat sampai Surabaya,Jawa Timur. Pembangunan jalan tol ini dipastikan akan memakan 4.264 hektar lahan diluar lahan perkebunan dan kehutanan dimana sebagian besar lahan tersebut adalah lahan sawah.Padahal,pulau Jawa merupakan pemasok 53 persen kebutuhan pangan nasional.Jika lahan sawah yang ada berubah menjadi jalan tol maka akan diikuti oleh konversi persawahan di sekitar jalan tol dimana lenyapnya sawah bakal meluas akibat pembangunan pusat perbelanjaan, jasa, perkantoran, perumahan, dan permukiman seiring beroperasinya jalan tol trans-Jawa.Hal ini di masa yang akan datang akan mengancam produksi suplai dan pangan bangsa.Pulau Jawa yang dulunya dikenal sebagai Pulau Padi maka di masa depan akan menjadi Pulau Lapar dimana penduduk pulau Jawa mengalami kelaparan karena keterbatasan lahan sawah yang harusnya memberikan suplai pangan bagi penduduk pulau Jawa khususnya.Kenyataan ini sudah bisa dilihat yaitu Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya, mengalami penyusutan areal persawahan rata-rata 126 hektar (ha) per tahun. Data Pemerintah Kabupaten Sleman mencatat, pada tahun 1998, luas lahan sawah sebanyak 24.321 ha atau mencakup 42,3 persen dari total luas wilayah di Sleman. Pada 2007, luas lahan sawah tercatat hanya 23.062 ha atau sekitar 40 persen dari total luas wilayah Di Brebes, Jawa Tengah, penyusutan lahan pertanian juga dipicu pembangunan jalan-jalan tol, terutama proyek trans-Jawa. Proyek itu akan membabat areal pertanian seluas 135 ha. Asisten I Bidang Pemerintahan Kabupaten Brebes Supriyono menjelaskan, pembangunan jalan tol trans-Jawa akan memakan lahan-lahan yang 90 persen di antaranya merupakan lahan pertanian Di Gresik dan Lamongan, alih fungsi tak terhindarkan karena sektor industri yang terus berkembang dan investasi membutuhkan lahan yang cukup luas. Lahan produktif di jalur Gresik-Lamongan berupa sawah dan tambak ikan, mulai dari kawasan Bunder hingga Duduk Sampeyan, telah berubah menjadi kawasan pergudangan.Fakta ini semakin menyadarkan kita bahwa julukan pulau Jawa sebagai Pulau Padi hanya tinggal kenangan saja.
Pembangunan jalan tol trans-jawa mungkin saja tidak dapat dielakkan lagi sebagai konsekuensi pertumbuhan ekonomi berbasis industri dan terpusat di pulau Jawa akan tetapi tetap saja hal tersebut tidak boleh mengorbankan sector pangan yang merupakan sector vital dalam kesejahteraan rakyat.Oleh sebab itu,seharusnya lahan sawah yang ada harus ditambah bukannya malah dikonversi menjadi jalan tol.Pembangunan jalan tol ini juga akan menimbulkan efek domino yang sangat serius di masa yang akan datang karena bukan hanya lahan sawah yang dikorbankan tetapi ada banyak lahan hutan dan rawa yang dikonversi untuk proses pembangunannya.Semakin cepatnya laju kerusakan hutan dan pembukaan lahan baru yang semakin tak terkendali akan mengancam ketersediaan air di pulau Jawa.Hilangnya kawasan hutan akan menimbulkan masalah pada wilayah sungai di pulau Jawa seperti :
· Kerusakan catchment area sehingga mengancam keberlanjutan daya dukung sumber daya air
· Penurunan kinerja infrastruktur sumber daya air
· Eksploitasi air tanah yang berlebihan mengakibatkan penurunan muka air tanah,land subsidence, dan intrusi air laut
· Kualitas air yang rendah karena daya dukung sungai lebih rendah dibanding beban pencemaran
· Banjir akibat perubahan tata lingkungan, penurunan kapasitas pengaliran sungai, dan penurunan kinerja prasarana pengendali banjir
· Meningkatnya kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan air
· Kekeringan/defisit air di musim kemarau
· Rendahnya kualitas pengelolaan hidrologi
· Belum semua wilayah sungai memiliki masterplan atau perlu diperbaharui
· Masih lemahnya pengelolaan database sumber daya air
· Lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan,keperluan adanya institusi untuk menjawab permasalahan yang berkembang
· Meningkatnya potensi konflik pemanfaatan air.

Krisis air yang akan melanda pulau Jawa di masa yang akan datang memang akan terjadi jika pembukaan lahan baru dengan melakukan penebangan hutan yang sudah sedikit ini tetap saja dilakukan karena walau bagaimanapun hutan memiliki fungsi hidrologis yang mampu menopang persediaan air untuk dimanfaatkan penduduk.Akan tetapi hal ini juga tidak dapat dihindarkan sebagai konsekuensi dari bertambahnya jumlah penduduk.Logikanya,jika jumlah penduduk semakin bertambah maka akan diperlukan daerah/wilayah baru sebagai tempat tinggal maupun mengolah sumber daya alam di daerah tersebut maka dapat dipastikan daerah tersebut akan diperoleh dengan membuka hutan.Selain itu masa depan ekologi Jawa juga dipertaruhkan disini dimana telah terjadi pendangkalan di sungai-sungai utama akibat kerusakan hutan di daerah hulu dan pencemaran telah membunuh sungai-sungai di Jawa utara. Menciut dan mendangkalnya sungai-sungai itu pada akhirnya telah membunuh pelabuhan-pelabuhan besar. Dengan hilangnya pelabuhan, hilang pula sebuah peradaban.
Ancaman-ancaman lain juga masih menghantui pulau Jawa dimasa yang akan datang diantaranya adalah :

· Bencana Kebumian,karena pulau Jawa sebagai pulau vulkanik dan seismic aktif, dan berada pada tepian lempeng tektonik Eurasia yang ditunjam oleh lempeng tektonik Australia dari selatan,sehingga terjadi gempa,tsunami,letusan gunung api sebagai bagian dari ritme fisik Indonesia termasuk pulau Jawa.
· Naiknya muka laut akibat pemanasan global
Menurut Prediksi IPCC (1992) menjadi kenyataaan bahwa secara global muka laut akan naik pada akhir abad ini sampai 1 meter jika tidak ada usaha-usaha manusia di planet ini (business as usual) meredam emisi karbondioksida pada 2025.Jikapun ada usaha-usaha tersebut,muka air laut masih akan naik dengan prediksi 60 cm pada akhir abad ke 21 ini (WCC 1993).Kedua angka tersebut 1m atau 60 cm akan membuat sebagian dataran rendah Indonesia hilang (tergenang,inundated)termasuk pantura pulau Jawa.Bagi pantura,banjir akan menjadi fenomena yang kronis yang dapat menyengsarakan rakyat,tanpa manusia dapat berbuat sesuatu secara signifikan.

Banyaknya ancaman-ancaman yang nantinya menyertai perkembangan dan pertumbuhan pulau Jawa ini harusnya bisa menyadarkan kita bahwa apa yang kita lakukan di saat sekarang ini akan menentukan bagaimana nasib pulau Jawa di masa depan.Baik buruknya itu merupakan konsekuensi dari prilaku dan kebijakan kita saat sekarang ini.Walaupun kita memang tidak mampu menghalangi perkembangan teknologi yang ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah tetapi kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisasi kerusakan yang ditimbulkan oleh proses globalisasi ini di samping ancaman kerusakan akibat bencana alam yang tidak mungkin kita hindari . Jika saja kita bersikap tidak peduli terhadap hal ini maka kelangsungan hidup makhluk hidup akan terancam dan tidak menutup kemungkinan jika pulau Jawa suatu saat nanti hanya berupa sebuah kenangan atau jika saya boleh mengutip judul album sebuah grup band terkenal di Indonesia “Peterpan” yang akan segera menjadi kenangan di blantika musik Indonesia “Sebuah Nama,Sebuah Cerita”maka suatu saat nanti seperti halnya “Peterpan”,pulau Jawa juga akan menjadi “Sebuah Pulau,Sebuah Cerita dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

No comments:

Post a Comment