Friday, February 13, 2009

Banjir datang,rakyat meradang

BANJIR JAKARTA DAN SOLUSI UNTUK MENANGGULANGINYA
Oleh Hendris Mur Aditama

Baniir merupakan suatu fenomena tahunan yang selalu melanda Ibukota Negara Jakarta dan setiap tahun pula menjadi momok yang tak pernah berlalu yang mewarnai perjalanan berkembangnya Jakarta menjadi kota Megapolitan.Ketika musim hujan tiba,dapat dipastikan air akan menggenangi seluruh Jakarta dan tak dapat diperkirakan sudah berapa kerugian material dan korban berjatuhan akibat banjir ini.Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu output dari pengelolaan DAS yang tidak tepat dan beberapa penyebab banjir secara jelas adalah curah hujan yang sangat tinggi, karakteristik DAS itu sendiri, penyempitan saluran drainase,perubahan penggunaan lahan dan interaksi dari berbagai faktor seperti intensitas curah hujan,kondisi topografi,geologi dan tutupan lahan.Curah hujan dengan intensitas yang sangat tinggi dan lamanya hujan yang turun menyebabkan tanah menjadi jenuh dengan air sehingga pada saat hujan sebagian air hujan merupakan aliran permukaan (run off). Juga pada saat bersamaan laut di pantai utara DKI Jakarta naik.Karakteristik DAS Ciliwung-Cisadane juga menyebabkan banjir Jakarta karena mempunyai bentuk daerah hulu dan tengah dengan kelerengan terjal. Sedangkan daerah tengah sampai hilir sangat datar dan luas. Bentuk DAS ini begitu hujan jatuh maka air hujan dari daerah hulu langsung mengalir ke bawah dengan waktu konsentrasi yang singkat. Saluran drainase juga memiliki peran sangat penting sebagai jalan bagi air untuk sampai ke laut yang merupakan tujuan akhir dari air mengalir. Volume saluran drainase sungai Ciliwung khususnya daerah hilir disana sini mengalami penyusutan yang disebabkan oleh ukuran lebarnya berkurang, terjadi pengendapan dan masih berkembangnya prilaku masyarakat membuang sampah di sungai.
Dilihat dari segi curah hujan wilayah DAS dapat dibedakan menjadi 2 yaitu wilayah yang berfungsi sebagai wilayah resapan dan wilayah yang berfungsi sebagai wilayah pengaturan (drainase), berfungsi tidaknya wilayah tersebut akan sangat terkait dengan penggunaan lahan. Yang sangat mencolok perubahan penggunaan lahan khususnya di Catchment Area DAS Ciliwung – Cisadane adalah pesatnya pembangunan pemukiman (khususnya DAS wilayah tengah) catchment area daerah hulu dan tengah yang sejak awal berfungsi sebagai daerah resapan, berupah menjadi daerah kedap air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan (diantaranya pemukiman),
Penanganan banjir Jakarta dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya
· Peningkatan kapasitas drainase merupakan salah satu cara mengurangi terjadinya luapan banjir dengan upaya melarang bangunan di bantaran sungai dan melancarkan saluran drainase.
· Pembuatan DAM penahan dan mempertahankan situ-situ yang ada untuk menghambat larinya air permukaan,selain itu pembuatan sumur resapan juga dapat mengubah aliran permukaan (run off) menjadi aliran bawah permukaan (sub surface flow).
· Rehabilitasi daerah tangkapan air dengan cara vegetatif terhadap lahan yang sudah kritis dapat dilakukan dengan kegiatan reboisasi di kawasan hutan dan pengembangan hutan rakyat di lahan-lahan milik dan kegiatan-kegiatan lain seperti penghijauan lingkungan, hutan kota, agroforestry, grass barier.
· Peningkatan upaya penegakan hukum dan peraturan yang berkaitan dengan lingkungan khususnya banjir seperti pelarangan pembangunan di bantaran sungai, peraturan pembuangan sampah di sungai, kewajiban membuat sumur resapan di permukaan, penerapan tata ruang yang ditetapkan lebih ketat,pembatasan secara ketat perubahan penggunaan lahan dan kewajiban penanaman di lahan guntai dan HGU terlantar.
· Memperbaiki kawasan hulu sungai Ciliwung dengan pembatasan penggunaan lahan,reboisasi intensif dan pembangunan bendungan dan banjir kanal tetapi konsep pembangunan Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur yang dipelopori oleh ahli tata air, Herman Van Breen tidak memberikan hasil maksimal, bahkan bisa dinilai gagal, sebab banjir tetap masih melanda Jakarta.
· Membangun penampungan air bawah tanah seperti di Chicago (AS) dan Singapura untuk menampung semua limpahan air banjir dan limbah cair dari sanitasi lingkungan ke dalam bendungan bawah tanah dan air tampungan ini dapat diolah dan digunakan sebagai cadangan air baku bagi Jakarta.

Selain berbagai hal di atas ,penanganan banjir Jakarta membutuhkan peranan dari berbagai pihak seperti Pemerintah,pemerintah daerah serta masyarakat karena permasalahan banjir Jakarta ini bukan hanya merupakan suatu fenomena alam biasa atau sebuah siklus tahunan dan lima tahunan (tidak mungkin terjadi karena Indonesia beriklim tropis dengan cuaca yang dinamis) tetapi merupakan suatu masalah yang bisa mengancam kelangsungan Ibukota Negara Jakarta dan akan menimbulkan trauma bagi masyarakatnya.Selain itu jika hal ini terus dibiarkan maka akan semakin banyak korban berjatuhan dan semakin banyak pula kerugian yang ditimbulkan baik itu fisik dan material. Baniir Jakarta bukan sebuah fenomena alam atau siklus tahunan tetapi lebih sebagai salah satu fenomena kebodohan bangsa yang selalu saja tidak siap dalam mengatasinya dan ketika banjir itu datang, lagi dan lagi harus menyalahkan alam sebagai penyebab banjir. Pada dasarnya alam tak pernah butuh manusia tetapi manusialah yang butuh alam dan sudah sepantasnyalah alam itu harus dijaga karena kita membutuhkannya.

No comments:

Post a Comment