Wednesday, February 25, 2009

Pembangunan dan ruang

Ruang dan Pembangunan
Space as region :
Area that is considered different from other areas according to specified characteristices (can be identified and mapped on the basis of any phenomenon)
Showing uniqueness of certain place to support human activities

Monday, February 23, 2009

Simbol Kota

Sense of Place
Kota Bukittinggi merupakan sebuah kota yang terletak di dalam Provinsi Sumatera Barat.Keindahan alam dan tempat wisata yang menarik menjadi keunggulan yang dimiliki oleh kota Bukittinggi.Dari segi kehidupan masyarakatnya banyak yang bermata pencaharian di bidang pertanian dan bidang perdagangan dan jasa.Hal ini dipengaruhi oleh keadaan daerah dengan tanah yang subur dan prospek cerah di bidang pariwisata yang menguntungkan untuk kegiatan perdagangan.Bukittinggi memiliki simbol-simbol kota yang mengindikasikan bahwa kita pernah mengunjungi kota ini.Diantaranya adalah:
1. Ngarai Sianok
Lembah curam (jurang) yang terletak di jantung kota
Bukittinggi, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok dari selatan ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi.Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (Patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) yang dialiri Sungai Sianok yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.Sungai Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yg disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, serta tapir.
2. Goa Jepang
Lokasi Goa Jepang dari Ngarai Sianok dibagian atas dan tembus ke Ngarai bagian bawah. Goa ini sebagaimana namanya, dibangun oleh Tentara Jepang sebagai benteng perlindungan sekaligus tempat pelarian mereka. Goa ini dibangun oleh tetesan keringat dan darah rakyat Sumatera Barat, yang setelah goa terbangun mereka semua dibunuh agar kerahasiaan goa ini terjamin. Benteng goa ini terdiri dari lorong panjang berliku-liku, ada ruangan rapat, ruangan tidur, ruangan tahanan dan dapur. Memang sekarang ini hanya ruangang-ruangan kosong tanpa ada isinya, kita tahu kegunaan ruangan tersebut juga dari cerita penjaganya. Goa Jepang ini masih terus diexplorer, karena disinyalir goa ini masih lebih luas dibanding dengan apa yang telah ditemukan sekarang.
3. Jam Gadang
Jam Gadang adalah sebuah
menara jam yang merupakan markah tanah kota Bukittinggi dan provinsi Sumatra Barat di Indonesia. Simbol khas Sumatera Barat ini pun memiliki cerita dan keunikan karena usianya yang sudah puluhan tahun.Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota). Pada masa penjajahan Belanda, jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan, sedangkan pada masa pendudukan Jepang, berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau.Ukuran diameter jam ini adalah 80 cm, dengan denah dasar 13x4 meter sedangkan tingginya 26 meter. Pembangunan Jam Gadang yang konon menghabiskan total biaya pembangunan 3.000 Gulden ini, akhirnya menjadi markah tanah atau lambang dari kota Bukittinggi. Ada keunikan dari angka-angka Romawi pada Jam Gadang ini. Bila penulisan huruf Romawi biasanya pada angka enam adalah VI, angka tujuh adalah VII dan angka delapan adalah VIII, Jam Gadang ini menulis angka empat dengan simbol IIII (umumnya IV).Yang patut diketahui lagi, mesin Jam Gadang diyakini juga hanya ada dua di dunia. Kembarannya tentu saja yang saat ini terpasang di Big Ben, Inggris. Mesin yang bekerja secara manual tersebut oleh pembuatnya, Forman (seorang bangsawan terkenal) diberi nama Brixlion.
4. Pasar Tradisional Kota Bukittinggi (Pasa Ateh,Bawah dan Aua Kuniang)
Pasar Atas, Pasar Bawah dan Pasar Aur Kuning merupakan sentra dari kegiatan perekonomian masyarakat Kota Bukittinggi secara khusus dan Sumatera Barat secara umum. Kegiatan perekonomian di ketiga pasar ini selalu ramai setiap harinya dan para pengunjung datang dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Barat. Bagi para wisatawan yang baru datang ke pasar ini, perlu memperhatikan proses pembelian. Hendaknya para pembeli terlebih dahulu melakukan tawar menawar. Dengan melakukan tawar-menawar, para pembeli akan mendapatkan harga yang lebih murah. Tetapi, kalau tidak dilakukan tawar-menawar, para pembeli tentu akan mendapatkan barang dengan harga yang lebih mahal dari harga biasanya.Keistimewaan ketiga pasar ini adalah lokasinya yang terletak di pusat kota Bukittinggi sehingga para wisatawan yang datang dari luar kota dan ingin berbelanja di pasar tersebut dengan mudah dapat menemukannya. Untuk menunjang perjalanan para wisatawan menuju pasar, tersedia banyak sarana transportasi yang cukup memadai.


Sunday, February 22, 2009

Demografi Bali

Memanfaatkan Bonus Demografi Provinsi Bali

Bonus Demogarfi dan Perkonomian
Kondisi struktur penduduk di suatu wilayah akan mempengaruhi kebijakan pembangunan di wilayah tersebut. Struktur penduduk, terutama menurut umur, di suatu wilayah akam mempengauhi kondisi perekonomiaannya karena akan berkaitan dengan tingkat ketergantuan (dependency ratio) di wilayah tersebut. Jika tingkat ketergantuan merupakan rasio dari ketergantungan ekonomi sebagian kelompok dalam populasi terhadap kelompok populasi yang produktif di suatu wilayah. Maka, kelompok yang tergolong memiliki ketergantungan ekonomi adalah anak yang terlalu muda dan orang tua yang terlalu tua untuk bekerja, yaitu penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 65 tahun. Sehingga penduduk kelompok produktif berada pada kisaran umur 15 – 65 tahun.
Oleh karena itu, jika pada suatu wilayah memiliki rasio ketergantungan cukup tinggi, yang berarti semakin kecil proporsi kelompok penduduk umur produktif, maka semakin besar beban yang harus ditanggung kelompok penduduk tersebut. Dalam kondisi seperti ini, investasi pendapatan yang diperoleh kelompok tersebut akan dilakukan pada bidang pendidikan dan kesehatan untuk anak-anak serta pelayanan kesehatan untuk lansia, dana pensiun, dan sebagainya. Kondisi sebaliknya akan terjadi bila pada suatu wilayah memiliki rasio ketergantungan cukup rendah, maka investasi akan dilakukan dalam bidang ekonomi, terutama tabungan, yang kemudian akan berpengaruh terhadap kegiatan pembangunan.
Jika rasio ketergantungan penduduk di suatu wilayah terus menurun, maka wilayah tersebut akan memperoleh bonus demografi (demographic dividend atau demographic gift). Bonus demografi, yang biasanya dicirikan dengan rasio ketergantungan penduduk lebih rendah dari 50 persen, akan memberikan kesempatan wilayah tersebut untuk mendapatkan kondisi penduduk yang ideal pada perbandingan penduduk usia produktif dengan non-produktif (Adioetomo, 2004). Kesempatan ini selanjutnya disebut dengan the windows of opportunity yang biasanya hanya terjadi pada kurun waktu 1 sampai 2 dekade karena adanya transisi demografi dan hanya satu kali waktu. Bloom et al (2003; dalam Pool, 2004) mengidentifikasi tiga mekanisme terpenting yang terkandung di bonus demografi, yaitu (1) penyediaan tenaga kerja , tidak hanya dilihat dari jumlah, distribusi umur, dan peresebarannya, melainkan dari kualitas dan keahlian yang didukung salah satunya oleh penididkan yang memadai, (2) tabungan, dan (3) modal manusia. Kemudian Bongaart (2001; dalam Adioetomo, 2005) menambahkan faktor peranan perempuan memerankan peranan penting di bonus demografi. Semua mekanisme ini sangat bergantung pada kebijakan pemerintah (policy environment)(Bloom et al , 2003; dalam Pool, 2004).
Bonus Demogarfi di Provinsi Bali
Berdasarkan Survei Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Antar Sensus Tahun 1995, 2005, jumlah penduduk Proviinsi Bali terus meningkat dari 2.120.322jiwa pada Tahun 1971 hingga 3.383.572jiwa pada Tahun 2005. Jika data tersebut di proyeksikan hingga tahun 2025, maka jumlah penduduk Provinsi Bali adalah 4.122.100jiwa


Gambar 1. Perubahan Jumlah Penduduk Provinsi Bali , 1971-2025

Jika memperhatikan kondisi piramida penduduk tahun 2005 dan hasil proyeksi struktur umur penduduk tahun 2000-2025, menunjukkan bahwa proporsi penduduk produktif Bali lebih tinggi daripada penduduk non-produktif dengan rasio ketergantungan sebesar 44,9% pada tahun 2000 dan 43,4% pada Tahun 2005 (Gambar 2 dan Tabel 1).
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa sejak tahun 2000, proporsi penduduk usia produktif di Provinsi Bali adalah 69%, dan menurut hasil proyeksi akan terus meningkat pada Tahun 2025. Banyaknya penduduk usia produktif ini menyebabkan tingkat ketergantungan penduduk di provinsi ini dibawah 45%, oleh karena itu sejak Tahun 2000 Bali sudah mengalami bonus demografi dimana penduduk Bali sudah memiliki rasio ketergantungan dibawah 50%



Dengan menggunakan data proyaksi yang di keluarkan oleh Bapennas, BPS, dan UNFPA Tahun 2005 di www.datastatistik-indonesia.com, dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan terendah yang dialami Provinsi Bali terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 40,84% (Gambar 3). Setelah pada Tahun 2019 berada pada nilai terendah, kemudian meningkat lagi di Tahun 2020 kemudian menjadi 42,2% pada Tahun 2025. Pada masa inilah terjadi the windows of opportunity.
Pada kondisi ini umumnya pendapatan yang diperoleh penduduk usia produktif, yang biasanya digunakan penduduk usia muda seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, dapat dialihkan pada investasi untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Dan umumnya pada kondisi seperti ini, perempuan memiliki lebih banyak kesempatan untuk memasuki dunia kerja (Hausmann, 1999)



Gambar 3. Perubahan Rasio Ketergantungan Provinsi Bali , 200-2025
Setelah the windows of opportunity, karena tansisi demografi, angka ketergantungan kembali meningkat karena mulai banyaknya penduduk dari usia 65tahun. Dan jika proyeksi dilanjutkan, maka rasio ketergantungan akan terus meningkat, terutama setelah Tahun 2030, dimana masa the windows of opportunity Indonesia selesai berlagsung (Adioetomo, 2005).
Memanfaatkan Bonus Demogarfi di Provinsi Bali
Telah diketahui sebelumnya bahwa bonus demografi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara positif dan signifikan, tetapi pelaksanaannya bergantung pada kebijakan pemerintah. Jika pemerintah tidak memanfaatkan kondisi ini maka bonus demografi akan terlewati begitu saja bahkan akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk karena semakin meningkatnya rasio ketergantungan terutama dari kalangan penduduk lanjut usia.
Tersedianya Tenaga Kerja
Perhitungan rasio ketergantungan berdasarkan perhitungan usia penduduk, dengan asumsi semakin banyak penduduk usia produktif maka akan semakin rendah rasio ketergantungannya, karena penduduk usia produktif tersebut akan bekerja dan berpenghasilan. Namun, jika hal ini tidak dibarengi dengan penciptaan lapangan pekerjaan, maka penduduk usia produktif ini akan mejadi pengangguran.
Berdasarkan http://regionalinvestment.com, Sektor pariwisata merupakan komoditas unggulan dari sisi komoditas tersier. Sektor yang sangat diandalkan di Provinsi Bali dan telah membemberi kontribusi pendapatan terbesar bagi Bali yaitu sebesar 550,39 juta rupiah pada Tahun 2004. Karena sektor ini merupakan komoditas tersier, yang pengelolaannya merupakan turunan dari berbagai komoditas primer dan sekunder, maka berkembang tidaknya sangatlah bergantung pada sektor lain. Sektor pariwisata berkaitan dengan investasi yang akhirnya berkaitan dengan kepercayaan penanaman investasi di Indonesia yang bermuara, salah satunya, pada keamanan nasional.
Pada tahun 1998 (BPS, Sensus 1980 dan Sakernas, 1998; dalam Adioetomo, 2005) dari penduduk yang telah bekerja hanya 35% yang bekerja pada sektor formal, sisanya pada sektor informal. Bahkan, dari yang bekerja pada sektor pariwisata 83% merupakan pekerja informal. Saat penduduk bekerja ada sektor informal, maka pendapatan yang diperoleh hanya dapat digunakan untuk pemenuhan kehidupan dasar saja (subsistem) serta tidak memiliki jaminan sosial dan kesehatan yang memadai.
Hal yang sama terjadi juga di Bali. Jika pemerintah tidak konsentrasi pada sektor yang menjadi komoditas utama provinsi ini, maka penduduk produktif Bali hanya akan bekerja pada sektor informal dari sektor pariwisata. Lain halnya jika pemerintah mengelola sektor tersebut dengan baik, maka akan mendatangkan investasi sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan formal dari sektor pariwisata ini.
Tabungan
Disaat penduduk usia produktif sebagian besar sudah terserap di lapangan kerja formal, maka mereka akan memiliki jaminan sosial dan kesehatan yang memadai, sehingga memungkinkan mereka menabung. Tabungan ini oleh masyarakat akan dimanfaatkan untuk kemudian meningkatkan perekonomian dan pembangunan.
Modal manusia
Investasi untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah pada sektor pendidikan. Karena saat penduduk memiliki pendidikan mereka akan memiliki kemampuan dan keterampilan yang lebih baik agar dapat terserap di lapangan kerja yang baik, sehingga kulitas kehidupannya meningkat. Disaat pemerintah sudah mampu mendatangkan investasi untuk menciptakan lapangan kerja formal, jika tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia lokal, maka lapangan pekerjaan tersebut akan terisi oleh sumber daya manusia pendatang. Sehingga kualitas kehidupan penduduk lokal tidak dapat meningkat.
Oleh karena itu, pemerintah Bali haruslah mempehatikan sektor pendidikan terutama untuk penduduk Bali. Pendidikan tersebut tidak hanya dari sektor formal saja melainkan pendidikan informal. Kedua sektor pendidikan ini harus dapat mendukung komoditas unggulan Bali yaitu pariwisata.
Pendidikan informal yang dapat dikembangkan sejalan dengan kebutuhan pariwisata adalah pendidikan yang mampu memberikan penduduk Bali agar dapat mengelola aset pariwisata di Bali. Beberapa pendidikan informal ini seperti pelatihan bahasa asing yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan melakukan gueding terhadap wisatawan, pelatihan pengelolaan aset kebudayan seperti sanggar tari dan drama, pelatihan pengelolaan aset alam seperti pengelolaan olahraga pantai dan hiburan, pelatiha pengelolaan sumberdaya kuliner, dan sebagainya. Pelatihan tersebut diadakan aar dapat memenuhi standart internasional.
Peran serta perempuan
Peran serta perempuan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pengendalian kelahiran dan perencanaan keluarga, dalam hal ini program keluarga berencana. Bali pernah menjadi provinsi dengan keberhasilan program KB tinggi. KB di Bali masuk kedalam hukum babad sehinga sebagian besar wanita hindu saat itu mengikuti program ini. Keberhasilan program KB ini lah yang menyebabkan Bali mampu memiliki rasio ketergantungan 44,9% di Tahun 2000. Oleh karena itu, program ini haruslah dipelihara agar terciptanya the windows of opportunity pada tahun 2019 akan terjadi.
Pembatasan kelahiran berdampak langsung pada ibu. Ibu akan memiliki waktu luang lebih banyak karena waktu mengurus anak menjadi lebih singkat. Waktu luang ini akan dimanfaatkan oleh ibu untuk meningkatkan keahlian dan keterampilannya, sehingga mampu terserap di lapangan kerja.
Dari beberapa penjabaran tersebut, dapat dikatakan bahwa Bali yang memiliki komoditas unggulan yang berasal dari komoditas tersier yaitu pariwisata yang harus didukung oleh sektor primer dan sekunder agar bapat berkembang. Pemerintah haruslah menciptakan kondisi yang kondusif untuk mampu mendatangkan investasi agar dapat tercipta lapangan pekerjaan formal dari sektor pariwisata. Bersamaan dengan itu perlu dikembangkan pendididikan yang mampu menciptakan sumber daya manusia lokal Provinsi Bali agar mampu terserap di lapangan pekerjaan tersebut. Terserapnya penduduk produktif di lapangan kerja formal akan meningkatkan pendapatan yang memungkinkan penduduk tersebut menabung. Selain itu program KB harus tetap dipelihara agar kelahiran dapat dikendalikan dan perempuan dapat berpendidikan, sehingga keluarga Bali dapat menciptakan sumber daya manusia Bali, baik lali-lai maupun perempuan, yang berkualitas.

































































Sejarah Penginderaan Jauh

PERKEMBANGAN PENGINDERAAN JAUH

1.1. Perkembangan Sebelum Tahun 1960
Perkembangan penginderaan jauh (PJ) bisa dibedakan kedalam dua tahap yaitu sebelum dan sesudah tahun 1960. Sebelum tahun 1960 masih digunakan foto udara, setelah tahun 1960 sudah ditambah dengan citra satelit.
Perkembangan kamera diperoleh dari percobaan yang dilakukan pada lebih dari 2.300 tahun yang lalu oleh Aristoteles dengan ditemukannya teknologi Camera Obscura yang merupakan temuan suatu proyeksi bayangan melalui lubang kecil ke dalam ruang gelap. Percobaan ini dilanjutkan dari abad ke 13 sampai 19 oleh ilmuwan seperti Leonardo da Vinci, Levi ben Gerson, Roger Bacon, Daniel Barbara (penemuan lensa yang dapat dipakai untuk pembesaran pandangan jarak jauh melalui penggunaan teleskop), Johan Zahr (penemuan cermin), Athanins Kircher, Johannes Kepler, Robert Boyle, Robert Hooke, William Wollaston dan George Airy
Pada 1700 AD, mulai ditemukan proses fotografi, yang pada akhirnya dikembangkan menjadi teknik fotografi (1822) oleh Daguerre dan Niepce yang dikenal dengan proses Daguerrotype. Kemudian proses fotografi tersebut berkembang setelah diproduksi rol film yang terbuat dari bahan gelatin dan silver bromide secara besar-besaran. Kegiatan seni fotografi menggunakan balon udara yang digunakan untuk membuat fotografi udara sebuah desa dekat kota Paris berkembang pada tahun 1859 oleh Gaspard Felix Tournachon. Pada tahun 1895 berkembang teknik foto berwarna dan berkembang menjadi Kodachrome tahun 1935.
Pada 1903 di Jerman, kamera pertama yang diluncurkan melalui roket yang dimaksudkan untuk melakukan pemotretan udara dari ketinggian 800 m dan kamera tersebut kembali ke bumi dengan parasut. Foto udara pertama kali dibuat oleh Wilbur Wright pada tahun 1909.
Selama periode Perang Dunia I, terjadi lonjakan besar dalam penggunaan foto udara untuk berbagai keperluan antara lain untuk pelacakan dari udara yang dilakukan dengan pesawat kecil dilengkapi dengan kamera untuk mendapatkan informasi kawasan militer strategis, juga dalam hal peralatan interpretasi foto udara, kamera dan film. Pada tahun 1922, Taylor dan rekan-rekannya di Naval Research Laboratory USA, berhasil mendeteksi kapal dan pesawat udara. Pada masa ini Inggris menggunakan foto udara untuk mendeteksi kapal yang melintas kanal di Inggris guna menghindari serangan Jerman yang direncanakan pada musim panas tahun 1940. Angkatan Laut Amerika, pada tanggal 5 Januari 1942 mendirikan Sekolah Interpretasi Foto Udara (Naval Photographic Interpretation School), bertepatan dengan sebulan penyerangan Pearl Harbor.
Sejak 1920 di Amerika, pemanfaatan foto udara telah berkembang pesat yang mana banyak digunakan sebagai alat bantu dalam pengelolaan lahan, pertanian, kehutanan, dan pemetaan penggunaan tanah. Dimulai dari pemanfaatan foto hitam putih yang pada gilirannya memanfaatkan foto udara berwarna bahkan juga foto udara infra merah.
Selama perang dunia ke II, pemanfaatan foto udara telah dikembangkan menjadi bagian integral aktifitas militer yang digunakan untuk pemantauan ketahanan militer dan aktifitas daerah di pasca perang. Pada masa ini Amerika Serikat, Inggris dan Jerman mengembangkan penginderaan jauh dengan gelombang infra merah. Sekitar tahun 1936, Sir Robert Watson-Watt dari Inggris juga mengembangkan sistem radar untuk mendeteksi kapal dengan mengarahkan sensor radar mendatar ke arah kapal dan untuk mendeteksi pesawat terbang sensor radar di arahkan ke atas. Panjang gelombang tidak diukur dengan sentimeter melainkan dengan meter atau desimeter. Pada tahun 1948 dilakukan percobaan sensor radar pada pesawat terbang yang digunakan untuk mendeteksi pesawat lain. Radar pertama menghasilkan gambar dengan menggunakan B-Scan, menghasilkan gambar dengan bentuk segi empat panjang, jarak obyek dari pesawat digunakan sebagai satu kordinat, kordinat lainnya berupa sudut relatif terhadap arah pesawat terbang. Gambar yang dihasilkan mengalami distorsi besar karena tidak adanya hubungan linier antara jarak dengan sudut. Distorsi ini baru dapat dikoreksi pada radar Plan Position Indicator (PPI). PPI ini masih juga terdapat distorsi, tetapi ketelitiannya dapat disetarakan dengan peta terestrial yang teliti. Radar PPI masih digunakan sampai sekarang. Radar PPI dan Radar B –Scan antenanya selalu berputar. Pada sekitar tahun 1950 dikembangkan sistem radar baru yang antenanya tidak berputar yaitu dipasang tetap di bawah pesawat, oleh karena itu antenanya dapat dibuat lebih panjang sehingga resolusi spatialnya lebih baik.
Pada periode tahun 1948 hingga tahun 1950, dimulai peluncuran roket V2. Roket tersebut dilengkapi dengan kamera berukuran kecil. Selama tahun 1950-an, dikembangkan foto udara infra merah yang digunakan untuk mendeteksi penyakit dan jenis-jenis tanaman.
Aplikasi di bidang militer diawali dengan ide untuk menempatkan satelit observasi militer pada tahun 1955 melalui proyek SAMOS (Satellite and Missile Observation System), yang dipercayakan oleh Pentagon kepada perusahaan Lockheed. Satelit pertama dari proyek ini dilucurkan pada tanggal 31 Januari 1961 dengan tujuan menggantikan sistem yang terpasang pada pesawat-pesawat pengintai U2 (Hanggono, 1998).

1.2. Perkembangan Sesudah Tahun 1960.
Perekaman bumi pertama dilakukan oleh satelit TIROS (Television and Infrared Observation Satellite) pada tahun 1960 yang merupakan satelit meteorologi. Setelah peluncuran satelit itu, NASA meluncurkan lebih dari 40 satelit meteorologi dan lingkungan dengan setiap kali diadakan perbaikan kemampuan sensornya. Satelit TIROS ini sepenuhnya didukung oleh ESSA (Environmental Sciences Services Administration), kemudian berganti dengan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) pada bulan Oktober 1970. Seri kedua dari satelit TIROS ini disebut dengan ITOS (Improved TIROS Operational System). Sejak saat ini peluncuran manusia ke angkasa luar dengan kapsul Mercury, Gemini dan Apollo dan lain-lain digunakan untuk pengambilan foto pemukaan bumi. Sensor multispektral fotografi S065 yang terpasang pada Apollo-9 (1968) telah memberikan ide pada konfigurasi spektral satelit ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite), yang akhirnya menjadi Landsat (Land Satellite). Satelit ini merupakan satelit untuk observasi sumber daya alam yang diluncurkan pada tanggal 23 Juli 1972. Disusul oleh generasi berikutnya Landsat 2 diluncurkan pada tanggal 22 Januari 1975 dan peluncuran Landsat 3 pada tanggal 5 Maret 1978. Perkembangan satelit sumber daya alam komersial terjadi pada Landsat 4 yang diluncurkan pada tanggal 16 Juli 1982, disusul Landsat 5 yang peluncurannya pada tanggal 1 Maret 1984, dan Landsat 6 gagal mencapai orbit. Direncanakan pada awal 1998 akan segera diluncurkan satelit Landsat 7 sebagai pengganti Landsat 5.
Perkembangan satelit sumber daya alam tersebut diikuti oleh negara lain, dengan meluncurkan satelit PJ operasional dengan berbagai misi, teknologi sensor, serta distribusi data secara komersial, seperti satelit SPOT-1 (Systemme Probatoire d’Observation de la Terre) oleh Perancis pada tahun 1986 yang diikuti generasi berikutnya, yaitu SPOT-2, 3, dan 4.
Demikian juga dengan dipasangnya sensor radar pada satelit PJ sebagai penggambaran sensor optik, merupakan peluang yang baik bagi negara Indonesia, yang wilayahnya tertutup awan sepanjang tahun.
Pada tahun 1986 Heinrich Hertz melakukan percobaan yang menghasilkan bahwa berbagai obyek metalik dan non metalik memantulkan tenaga elektromagnetik pada frekwensi 200 MHz yang dekat dengan gelombang mikro. Percobaan radar pertama kali dilakukan oleh Hulsmeyer pada tahun 1903 untuk mendeteksi kapal.
Satelit PJ radar yang digunakan untuk mengindera sumber daya di bumi dimulai dengan satelit eksperimen Amerika Serikat untuk mengindera sumber daya laut Seasat (Sea Satellite) tanggal 27 November 1978, SIR (Shuttle Imaging Radar)-A 12 November 1981, SIR-B tahun 1984, SIR-C tahun 1987. Disusul satelit SAR milik Rusia Cosmos 1870 tahun 1987, dan beroperasi selama dua tahun, untuk pengumpulan data daratan dan lautan. Cosmos-1870 ini hanya merupakan suatu prototipe, yang dirancang khusus untuk satelit sistem radar, yang secara operasional akan dilakukan oleh Almaz-1. Satelit Almaz-1 diluncurkan 31 Maret 1991, yang awalnya untuk pantauan kondisi cuaca setiap hari, sedangkan secara operasional mengindera bumi baru dimulai 17 Oktober 1992 dan beroperasi selama 18 bulan. Konsorsium Eropa (ESA = European Space Agency) tidak mau ketinggalan meluncurkan ERS-1 tahun 1991 dan ERS-2 tahun 1995. Disusul Jepang dengan JERS (Japan Earth Resources Satellite), yaitu JERS-1 diluncurkan tanggal 11 Februari 1992, namun program ini tidak diteruskan dan diganti dengan Adeos (Advanced Earth Observation Satellite) Agustus 1996, serta GMS (Geostationer Meteorogical Satellite), India dengan IRS (Indiana Resources Satellite); dan Canada dengan Radarsat (Radar Satelitte).
Pada saat ini, satelit intelijen Amerika memiliki kemampuan menghasilkan citra dengan resolusi yang sangat tinggi, mampu mencapai orde sepuluhan sentimeter. Pada sebuah citra KH-12, mampu mengambil gambar pada malam hari dengan menggunakan gelombang infra merah yang sangat berguna untuk mendeteksi sebuah kamuflase atau bahkan dapat melihat jika seorang serdadu menggunakan topi/helmnya. Selain Amerika negara lain yang memiliki satelit pengindera bumi dengan resolusi yang sangat tinggi adalah Rusia dengan KVR 1000 (satelit Yantar Kometa), Perancis dengan Helios-2A dan Israel dengan Offeq-2.
Selain di bidang militer, pemerintah Amerika Serikat juga telah memberikan lisensi kepada tiga perusahaan swasta untuk meluncurkan satelit sipil beresolusi sangat tinggi seperti Orbview (Orbital Science Corporation), Space Imaging Satellite (Lockheed) dan Earthwatch (Ball Aerospace). Orbview akan menangani misi Orbview/Baseline yang akan diluncurkan tahun 1999 yang menawarkan resolusi 1 meter untuk mode pankromatik dan 4 meter untuk mode multispektral. Pada pertengahan tahun 1998 ini juga direncanakan peluncuran satelit Quick Bird yang merupakan satelit penerus generasi sistem Early Bird. Satelit Quick Bird akan membawa sensor QuickBird Panchromatic dengan resolusi spatial 1 meter dan QuickBird Multispectral dengan resolusi 4 meter.
Setiap program satelit mempunyai misi khusus mengindera dan mengamati permukaan bumi, sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan aplikasi yang menjadi tujuannya. Misi satelit PJ resolusi tinggi sebagian berorientasi untuk inventarisasi, pantauan, dan penggalian lahan atau daratan, sebagian untuk mendapatkan informasi kelautan dan lingkungan. Tabel 1 menunjukkan program satelit PJ operasional mulai dari tahun 1990 sampai menjelang tahun 2000, yang distribusi datanya bagi masyarakat di seluruh dunia. Data PJ tersebut dapat dipesan, dibeli, atau diminta melalui operator satelit atau stasiun bumi di negara atau kawasan setempat.




Thursday, February 19, 2009

Remote Sensing

Remote Sensing Untuk Tanah ,Mineral dan Geomorfologi

Hanya 26 persen dari permukaan bumi yang berupa daratan.Sisanya sebanyak 74 persen adalah air (termasuk di dalamnya laut,danau,waduk,dan sungai).Beberapa orang sebenarnya tinggal diatas kapal dan perahu atau bahkan tinggal di dalam bangunan yang dibangun diatas air.Hampir semua umat manusia yang berada di bumi tinggal pada bagian bumi yang padat terdiri dari lapisan batuan dan batuan yang lapuk karena perubahan cuaca dan iklim yang disebut tanah.Manusia secara relatif pada bagian tertentu dari dunia ini bisa memperoleh hasil panen yang melimpah dari tanah.Mereka juga bisa menggali mineral penting/logam mulia dari lapisan batuan dan menjadikannya material-material yang digunakan dalam proses industri/komersial dengan harapan untuk memperbaiki kualitas kehidupan di atas bumi.Hal ini menunjukkan bahwa sangat penting untuk mengetahui informasi yang akurat tentang lokasi ,kualitas tanah,mineral dan batuan yang melimpah agar mampu mempertahankan ketersediaan sumber daya alam yang tak tergantikan ini.
Lapisan batuan secara bertahap akan mengalami proses pelapukan akibat perubahan cuaca dan erosi yang disebabkan oleh kombinasi pengaruh air ,angin dan es.Material ini akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya melalui proses transport mass.Material sedimen yang tidak terbawa disebut dengan endapan permukaan.Remote sensing digunakan secara terbatas dalam proses identifikasi,inventaris dan pemetaan tanah yang berada di permukaan bumi terutama ketika tanah di permukaan bumi tersebut tidak tertutupi oleh vegetasi yang banyak.Bab ini akan memperkenalkan hal-hal mendasar tentang remote sensing karakteristik spectral tanah.Pengaruh yang kuat dari butir-butir tanah,bahan organik, dan kandungan air tanah akan menimbulkan pantulan spektral yang bisa diidentifikasi. Remote Sensing juga bisa memberikan gambaran tentang erosi tanah,menyediakan informasi biofisika untuk Universal Soil Loss Equation dan gambaran hidrologi lainnya.( Pickup and Chewings,1988).
Selain untuk tanah,remote sensing dapat memberikan informasi tentang kandungan kimia batuan dan mineral yang terdapat di permukaan bumi dan kurang lengkap apabila tertutupi oleh vegetasi yang banyak.Tekanan pada suatu tempat merupakan absorption bands(pita absorpsi) unik yang dapat dihubungkan dengan karakteristik khas batuan dan mineral sebagai rekaman yang dapat digunakan dalam teknik spectroscopy gambar (Clark,1999). Pada instansi tertentu,remote sensing dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan geobotanikal seperti penggunaan untuk mengidentifikasi geokimia tanah atau tipe batuan (Morrissey.1984,Schwaller.1987).
Bab ini diakhiri dengan sebuah gambaran umum tentang bagaimana informasi geologi bisa diperoleh melalui data penginderaan jauh, termasuk informasi litologi,struktur , pola drainase dan geomorfologi (bentang lahan).(Butler dan Walsh,1997). Data remote sensing secara umum mempunyai nilai terbatas untuk mendeteksi kedalaman,ciri-ciri geologi di bawah permukaan tanah kecuali jika mereka memiliki cara lain mengidentifikasi permukaan bumi yang dapat digunakan untuk memperhitungkan secara mendalam.

Friday, February 13, 2009

Proposal Konservasi DAS

I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah kebutuhan vital kehidupan. Tanpa air, mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik tidak akan pernah ada, demikian pula tidak akan pernah ada daur ulang materi dan energi, dan dengan demikian, tanpa air tidak akan pernah ada kompleksitas ekosistem. Air sebagaimana sinar matahari dan udara adalah ciptaan Allah sebagai rezeki untuk segenap makhluk-Nya, gratis, tanpa kecuali, tak peduli beriman atau tidak, kaya ataupun miskin. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan membuat pengaruh yang cukup besar terhadap sumber daya air.Pencemaran yang terjadi di berbagai sumber air seperti sungai semakin banyak terjadi. Pembangunan Industri dan pabri-pabrik telah menghasilkan limbah-limbah yang mencemari sungai, laut dan sumber air lainnya.
Kondisi ini menyebabkan berbagai ekosistem alam menjadi terganggu karena daerah aliran sungai yang ada terlanjur telah dicemari oleh berbagai limbah.Padahal setiap kegiatan pada kawasan yang berada di dalam DAS akan mempengaruhi kawasan lainnya di DAS tersebut. Penebangan hutan, usaha-usaha budidaya pertanian, perkebunan, pertambangan, transportasi atau industri di bagian hulu akan menyebabkan berbagai akibat di bagian hilirnya seperti banjir, terjadi erosi, pencemaran dan pendangkalan sungai, yang tentunya mempengaruhi ekosistim di hilir, berkurangnya populasi Ikan, pencemaran dan berkurangnya lapangan usaha masyarakat. Terhambatnya kehidupan ekonomi di kawasan hilir, juga selanjutnya akan mempengaruhi kegiatan transportasi di sungai tersebut dan seterusnya akan mempengaruhi kehidupan ekonomi di wilayah hulunya. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi di bagian hilir, juga mempunyai implikasi kepada kemampuan pertumbuhan ekonomi di wilayah hulunya.Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi hidrologis sungai tersebut.
Penurunan fungsi hidrologis tersebut menyebabkan kemampuan DAS untuk berfungsi sebagai “storage” air pada musim kemarau dan kemudian dipergunakan melepas air sebagai “base flow” pada musim kemarau, telah menurun. Ketika air hujan turun pada musim penghujan air akan langsung mengalir menjadi aliran permukaan yang kadang-kadang menyebabkan banjir dan sebaliknya pada musim kemarau aliran “base flow” sangat kecil bahkan pada beberapa sungai tidak ada aliran sehingga ribuan hektar sawah dan tambak ikan tidak mendapat suplai air tawar .
Sungai Siak merupakan salah satu sungai yang mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosisten dan memberi pengaruh besar bagi masyarakat di sekitar sungai.Tapi pada saat sekarang ini sungai siak telah mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sungai Siak yang sudah berada di bawah ambang batas ketentuan sungai yang lestari dan tingginya sedimentasi. Penyebab utama penurunan kualitas Sungai Siak adalah limbah industri baik industri besar, menengah maupun kecil yang berada di sepanjang alur sungai Siak, antara lain industri minyak, industri pengolahan, sawmill, industri pulp dan pembuangan sampah (60% berasal dari rumah tangga), selain tingginya erosi yang disebabkan semakin intensif pengelolaan sumberdaya alam yang ada di hulu, seperti adanya penebangan liar (illegal logging), penebangan hutan berdasarkan Hak Pengusahaan Hutan (HPH), konversi hutan menjadi kawasan perkebunan (besar dan kecil), kegiatan pertambangan dan kegiatan budidaya lainnya.

B. Maksud dan tujuan
Dalam usaha untuk menanggulangi berbagai banyaknya pencemaran yang terjadi dan meningkatkan fungsi hidrologis sungai maka berbagai langkah nyata sangat diperlukan.Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah proses konservasi maupun proses pemulihan lahan kritis di sekitar DAS tersebut.
Tujuan secara umum adalah untuk mengetahui potensi dan kondisi kualitas lingkungan DAS Siak secara menyeluruh (dari hulu, tengah, dan hilir) yang meliputi :
a. Kondisi lingkungan sumberdaya iklim, air, tanah, batuan/mineral, vegetasi/pemanfaatan lahan
b. Konversi lahan di sekitar Sungai Siak
c. Kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar DAS Siak
d. Identifikasi dan evaluasi tingkat kerusakan lingkungan khususnya pencemaran air sungai, termasuk erosi dan sedimentasi.

C. Ruang Lingkup
Sungai Siak membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius dalam usaha mangembalikan kembali fungsi hidrologisnya.Setiap bagian daerah aliran sungai ini perlu diselamatkan sebelum memberi dampak negatif yang lebih besar bagi ekosistem dan kehidupan makhluk hidup.Penanganan ini harus dilakukan di bagian hulu,tengah maupun hilir sungai.
Data yang diperoleh hendaknya dapat memenuhi dan menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut :
Seberapa jauh kondisi kualitas dan kuantitas air sungai Siak
Bagaimana kondisi lingkungan fisik (hidrologi, geologi, tata ruang, demografi, kerusakan lahan seperti: erosi dan sedimentasi)
D. Jadwal kegiatan
No
Uraian Kegiatan
Minggu ke:


1
2
3
4
1
Persiapan





a. kordinasi tim, instansi





b. Koordinasi persiapan survei, penyusunan naskah




2
Kegiatan Lapangan





Pendataan instansional dan lapangan




3
Peyusunan Laporan








II. KONSEPSI PEMULIHAN LAHAN KRITIS

A. Pengertian dan Batasan
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kesatuan ekosistem dimana jasad hidup dan lingkungannya berinteraksi secara dinamik dan terdapat saling ketergantungan (interdependensi) komponen-komponen penyusunnya. Pengelolaan DAS merupakan pengelolaan sumberdaya alam dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan barang dan jasa khususnya kuantitas, kualitas dan kontinuitas air (water yield) untuk kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan, industri dan masyarakat. Keberhasilan pengelolaan DAS diindikasikan dengan memperkecil fluktuasi debit, beban sedimen sungai, serta terjaganya kelestarian sumber-sumber air. Oleh kerena itu, usaha-usaha konservasi tanah dan air perlu dilakukan secara terintegrasi dengan usaha pengembangan sumber-sumber air, dan kedua upaya tersebut harus dilaksanakan secara simultan.
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang cukup pesat menyebabkan peningkatan kebutuhan manusia akan sumberdaya. Pemenuhan kebutuhan penduduk akan menyebabkan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Untuk itu, pengendalian dan pengelolaan sumberdaya alam harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Sehingga diharapkan sumberdaya alam dapat dimanfaatkan selama mungkin untuk kepentingan manusia secara lestari dan berkelanjutan.
Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh angin, air atau es. Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai.
B. Konsep Pemulihan
Serangkaian kegiatan yang erat kaitan nya dengan pemulihan, perbaikan untuk tujuan pengembalian dan peningkatan peranan fungsi hidrologis perlu dilakukan dalam upaya melakukan konservasi daerah aliran sungai ini.Konsep inilah yang dipakai untuk tujuan pemulihan, penyelamatkan, pelestarian dan pemanfaatkan secara optimal terhadap ancaman bahaya erosi dan lingkungannya secara teradu, terprogram berkelanjutan.Selain itu serangkaian kegiatan yang erat kaitannya dengan pemulihan, perbaikan untuk tujuan pengembalian dan peningkatan produktivitas tanah juga perlu dilakukan dalam usaha konservasi tanah Dari segi manajemennya penerapan memiliki keuntungan ekonomis, ekologis maupun sosial melalui penelusuran secara mendalam terhadap faktor-faktor penyebab utamanya. Ketika melakukan tindakan penanganan akan lebih diarahkan terhadap rekayasa pemulihan degradasi lahan,pemulihan peranan fungsi jasa bio-hidrologis penutupan vegetasi, dan sosialisasi arti pentingnya pemahaman makna konservasi tanah dan air.

Konservasi tanah
(1). Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan
(2). Meningkatkan kapasitas infiltrasi
(3). Mengurangi laju limpasan air (run off).
(4). Meningkatkan stabilitas agregat tanah

Metode pendekatan
Klasifikasi kemampuan lahan
Evaluasi kesesuaian jenis
Setiap kelas penggunaan tanah memerlukan teknik pengawetan tanah tertentu (vegetatif, mekanik, kimia)










· Cara Vegetatif
1. Harapan efektivitas
(a). Melindungi tanah dari daya perusak butir-butir hujan
(b). Melindungi tanah dari perusak aliran permukaan
(c). Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah
2. Upaya yang dapat dilakukan
a) Penanaman strip cropping);
☻ Tanaman ditanam menurut kontor, atau memotong lereng;
☻ Jenis yang dibudidayakan adalah jenis-jenis legum
☻ Lebar strip menurut keperluan atau dapat dirumuskan dengan (W) = 33 -2 (S-10), dimana; W = lebar strip; S = lereng (%).
b) Pergiliran Tanaman (rotasi);
☻ Tanaman ditanam menurut giliran atau rotasi dalam waktu tertentu;
☻ Jenis tanaman keras yang dibudidayakan adalah jenis-jenis legum
☻ Tanaman tumpang gilir (Padià palawija à padi);
☻ Palawija (kedele, kacang hijau; clotalaria). Tanaman keras sengon.
c) Tanaman Penutup Tanah (cover crop);
☻ Tanaman berfungsi sebagai penahan daya perusak tanah; menambah bahan organik, dan transpirasi (kemampuan tanah dalam menyerap) dan menahan air hujan.
☻ Jenis tanaman legum cover crop, kemlandingan merah dan clotaria.
d) Mulching (mulsa)
☻ Tanaman dibumbun dengan sisa-sisa tanaman, yang berfungsi sebagai pengendali aliran permukaan dan meningkatkan aktivitas sistem perakaran.
☻ Jenis mulsa (gulma, batang pisang)
· Cara mekanik
1. Harapan efektivitas
a) Memperlambat aliran permukaan
b) Mengurangi kecepatan run off
c) Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah
2. Upaya yang dapat dilakukan
a) Pengolahan tanah;
b) Pengolahan tanah menurut kontur
c) Penanaman menurut kontur
d) Terasering (teras tangga/bangku); teras datar (landai); berdasarkan lebar
· Cara kimia
1. Harapan efektivitas
a) Memperbaiki struktur tanah
b) Mengurangi kecepatan run off
c) Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah
2. Upaya yang dapat dilakukan
Pengerasan tanah dengan bahan kimia (memadatkan lumpur);
· Cara kombinasi kimia dan vegetatif
1. Harapan efektivitas
(a). Memperbaiki struktur tanah
(b). Mengurangi kecepatan run off
(c). Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah
2. Upaya yang dapat dilakukan
Pembuatan teras dengan kombinasi tanaman penutup tanah.
a) Klasifikasi kemampuan lahan
b) evaluasi kesesuaian












III. FAKTA FISIK WILAYAH
A. Letak dan Luas
Sungai Siak adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Riau.Sungai ini merupakan sungai terdalam di Indonesia, dengan kedalaman sekitar 20-30 meter, sungai ini sangat padat dilayari kapal-kapal besar, kargo, tanker maupun speedboat. Sungai sepanjang 300 kilometer itu kondisinya kini terancam bukan hanya hilangnya habitat alami sungai berupa bermacam ikan khas Riau akibat menurunnya kualitas air, tetapi juga runtuhnya tebing sungai karena abrasi. Seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak berada di Provinsi Riau, melewati empat wilayah administrasi kabupaten dan satu wilayah administrasi kota yaitu Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru. DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan longsor, terjadi berbagai pencemaran, erosi dan pendangkalan.
Cakupan DAS Siak meliputi Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak, dari keseluruhan wilayah DAS Siak terbagi menjadi dua bagian wilayah yaitu bagian hulu dan hilir dari masing-masing sungai, adapun wilayah-wilayah yang tercakup dalam masing-masing bagian DAS Siak adalah:
• Bagian Hulu
Bagian hulu dari DAS Siak adalah dari dua sungai yaitu Sungai Tapung Kanan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar, dan Sungai Tapung Kiri yang termasuk dalam wilayah Tandun Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Kiri Kabupaten Kampar. Kedua sungai menyatu di daerah Palas (Kabupaten Kampar) dan dekat Kota Pekanbaru pada Sungai Siak Besar.
• Bagian Hilir
Bagian hilir dari DAS Siak adalah pada Sungai Siak Besar yang terletak di desa Palas (Kabupaten Kampar) - Kota Pekanbaru – Kota Perawang (Kabupaten Siak) – Kota Siak Sri Indrapura dan bermuara di Tanjung Belit (Sungai Apit, Kabupaten Siak)




B. Fakta fisik wilayah
Topografi wilayah DAS Siak relatif datar, ketinggian permukaan rata-rata 0-2 m dpl, kemiringan berkisar 0-5 %. Variasi 2 – 40 % di bagian hulu. Secara garis besar ketinggian bagian hulu DAS Siak dikategorikan menjadi empat golongan yaitu: antar 1–10 m dpl, 1-25 m dpl, 25-100 m dpl, 100-500 m dpl.
Jenis tanah di DAS Siak bagian hulu terbagi menjadi dua yaitu organosol gley humus dan podsolik merah kuning, bertekstur halus (liat), sedang (lempung) dan kasar (pasir), dengan kedalam topsoil antara 30-60 cm dan >90 cm dari atas permukaan tanah.
DAS Siak hulu merupakan hulu Sungai Tapung Kanan dan memiliki banyak anak sungai antara lain: Sungai Tapung Kiri, Sungai Kasikan, Sungai Kepanasan. Sungai-sungai yang terdapat di bagian hilir antara lain Sungai Siak, Sungai Perawang, Sungai Mentawai, Sungai Tualang, Sungai Basar dan Sungai Balam Tinggi. Sungai-sungai tersebut difungsikan sebagai jaringan transportasi terutama untuk pengangkutan bahan baku dan hasil produksi industri. Selain itu dimanfaatkan penduduk sebagai MCK, bahan baku air minum dan pemenuhan untuk kebutuhan industri.

1. Jenis dan penggunaan tanah
Sumber daya yang ada di sekitar DAS Siak banyak dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan industri.Hutan yang berada di kawasan DAS ini dimanfaatkan untuk berbagai industri berbahan baku kayu. Hal ini secara intensif telah merusak hutan di Propvinsi Riau terutama di DAS Siak. Demikian pula usaha-usaha perkebunan, telah mengkonversi lahan cukup luas dari Hutan menjadi lahan-lahan perkebunan. Selain itu dengan adanya pemekaran wilayah, secara tidak langsung mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di DAS Siak. Masing-masing Kabupaten berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) untuk mempertahankan eksistensi sebagai Pemerintah Daerah,namun sebagai akibatnya sumber daya alam yang berada di wilayah masing – masing Kabupaten dieksploitasi secepatnya sebagai upaya meniingkatkan PAD. Banyak pemberian ijin penebangan hutan, pertambangan, maupun konversi lahan menjadi berkebunan dalam skala yang besar. Gambaran ini ditunjukan dalam penggunaan lahan di DAS Siak, hampir sebagai besar hutan-hutan telah berubah menjadi lahan-lahan perkebunan, hutan-hutan hanya tersisa pohon- pohon yang berdiameter kecil, dan hanya tertinggal sedikit hutan-hutan yang berfungsi lindung. Dari data peta pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau tahun 2001 – 2015 menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang di wilayah DAS Siak bagian hulu sebagian besar merupakan kawasan budidaya dalam bentuk peruntukan perkebunan besar dan kawasan hutan produksi, kawasan perkebunan rakyat, kawasan permukiman, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan pertanian lahan basah hanya sebagian kecil kawasan Hutan lindung. Di bagian hilir sungai sebagian besar berupa kawasan hutan produksi, perkebunan besar dan sebagian lagi berupa kawasan perkotaan (Pekanbaru, Perawang dan Siak Sri Indrapura). Pemanfaatan lainnya berupa kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan hutan resapan air. Data peta ini cukup memberikan gambaran perlunya penataan kembali penggunaan lahan di kawasan DAS Siak, dalam arti perlu arahan-arahan yang lebih jelas, agar kawasan-kawasan budidaya yang ada di DAS Siak apabila memungkinkan dapat dikonversi sebagai kawasan lindung atau arahan – arahan agar usaha budidaya di kawasan tersebut dapat berfungsi lindung.
2. Iklim dan hidrologi
Sungai Siak merupakan sungai yang terletak di wilayah beriklim tropis dengan suhu udaramaksimum berkisar antara 31,6 °C - 33,7 °C dan suhu minimum berkisar antara 22,1 °C - 23,3 °C. Rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2004 sekitar 263,73mm dan rata-rata jumlah hari hujan pada tahun 2004 sekitar 17 hari. Keadaan musim berkisar: musim hujan jatuh pada bulan September sampai dengan Pebruari dan musim kemarau jatuh pada bulan Maret sampai dengan Agustus. Kelembaban maksimum antara 94% - 96%, kelembaban minimum antara 59 persen - 69 persen.
Sungai Siak merupakan jalur perhubungan lalu-lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya, selain itu airnya digunakan sebagai sumber air
permukaan yang digunakan untuk air minum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (MCK). Sungai Siak mempunyai anak-anak sungai di dalam kota yang berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air limbah dan drainase.Sungai Siak mengalir dari barat ke timur, memliki beberapa anak sungai antara lain: Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul, Pengambangan, Ukai, Sago, Senapelan, Limau dan Tampan.Hidrologi air tanah berasal dari Formasi Petani,sifat air tanahnya kurang baik sebagai air minum. Sedangkan hidrologi air tanah dangkal berasal dari Formasi Minas. Mengingat kondisi batuan Formasi Minas yaitu memiliki permeabilitas dan porositas yang tinggi, maka Kota Pekanbaru memiliki potensi ketersediaan air tanah dangkal yang cukup banyak.Sungai Siak yang merupakan sungai terbesar yang membelah Kota Pekanbaru menjadi 2 bagian utara dan selatan, banyak anak sungai yang bermuara pada Sungai Siak, dengan demikian beban Sungai Siak dalam proses pendangkalan atau sedimentasi cukup besar. Selain itu sebagai sumber air baku untuk PDAM Tirta Siak, air sungai perlu dijaga dari polusi hal ini disebabkan terdapat beberapa kegiatan industri yang ada pada sepanjang alur sungai diantaranya industri plywood, crumb rubber,dan pulp.

3. Produktivitas tanah
Daerah aliran sungai Siak merupakan daerah yang subur karena ini terbukti dengan banyaknya vegetasi yang tumbuh di sepanjang daerah aliran sungai.Hutan-hutan yang hijau juga mampu menghiasi daerah aliran ini.Selain itu berbagai industri juga didirikan di sini diantaranya industri perkebunan kelapa sawit.Produktifnya tanah di sekitar daerah aliran ini dimanfaatkan dan dieksploitasi secara berlebihan sehingga mengakibatkan hutan di sekitar daerah ini menjadi berkurang dan beralih fungsi menjadi hutan tanaman industri.
C. Sosial Ekonomi Masyarakat.
Berdasarkan struktur mata pencaharian penduduk yang tinggal di wilayah DAS Siak adalah bergerak di sektor pertanian, perdagangan, jasa, industri, konstruksi / bangunan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di bagian hulu sampai hilir DAS Siak yang tinggal di pedesaan pada umumnya sebagai petani, baik dari usaha tani tanaman semusim maupun perkebunan. Untuk bagian hulu ketergantungan terhadap sektor pertanian lebih besar terutama usaha tani tanaman semusim dan perkebunan rakyat yang berupa kelapa sawit, karet dan gambir. Ketergantungan penduduk terhadap sumberdaya hutan juga masih sangat tinggi. Di bagian Hilir, dari arah Pekanbaru ke hilir, kehidupan sosial – ekonomi masyarakat lebih beragam, terutama dengan adanya kegiatan pertambangan, pengangkutan dan industri Pulp telah memicu tumbuhnya kegiatan sekunder dan berkembangnya kegiatan perkotaan. Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dan pusat perdagangan regional, telah mendorong tumbuhnya pusat-pusat perdagangan di sepanjang bagian hilir Sungai Siak, seperti kota Perawang dan Siak Inderapura.
Dari segi sosial budaya masyarakatnya sebagaimana hampir seluruh wilayah Sumatera didominasi oleh suku bangsa Melayu, suku-suku lain yang banyak terdapat antara lain suku Minangkabau, Batak, Jawa, Bugis, Buton, Flores, Sumbawa serta sedikit suku Arab dan Cina. Selain suku-suku tersebut hingga saat ini masih terdapat masyarakat terasing seperti suku Sakai di Kabupaten Bengkalis dengan populasi kurang lebih 12.500 jiwa atau kurang lebih 2.200 kk, menempati beberapa kecamatan antara lain Kecamatan Mandau, Minas dan Bukit Kapur. Masyarakat tersaing tersebut secara budaya tergabung dalam suatu persekutuan (ulayat), yang hidupnya amat tergantung pada sumber daya alam hutan yang dikenal sebagai Hutan Ulayat. Saat ini karena adanya berbagai kepentingan maka keberadaan Hutan Ulayat tersebut sulit untuk dapat dipertahankan keasliannya.

IV. METODE PENDEKATAN

A. Bahan dan Alat
Bahan Penelitian
- Peta topografi skala 1 : 25.000 sebagai peta dasar
o Foto udara skala 1 : 30.000 dan Landsat skala 1 : 250.000
o Sampel tanah, sampel air untuk dianalisis di laboratorium
o Peta tataguna lahan skala 1 : 50.000,
o Peta tanah skala 1 : 50.000,
o Peta geologi skala 1 : 100.000 dan peta geomorfologi skala 1 :50.000,
- Peta iklim skala 1 : 250.000
Alat Penelitian
1. Stereoskop cermin untuk interpretasi foto udara
2. Loupe untuk memperbesar obyek pada landsat
3. Perangkat survei lapangan seperti soil test kits, bor tangan, palu geologi, abney level, 4. Rool, Meteran, GPS dan EC-Meter
4. Peralatan untuk mengambil sampel tanah dan sampel air
5. Perangkat/instrumen laboratorium tanah, air
6. Perangkat komputer dan software Arc-Info/GIS


B. Prosedur Kerja
1. Pendataan
Cara Pengumpulan Data
Survei instansional, meliputi pengumpulan data tanah, air, tataguna lahan, sosial, ekonomi, kependudukan. Juga dilakukan pengumpulan data/peta geologi, peta tanah, peta tata ruang, kabupaten dalam angka, dan hasil penelitian terkait.
Survei data primer, meliputi pengukuran parameter kualitas fisik air, sampel air, sampel tanah, aspek biotis , (flora dan fauna), serta wawancara sosial/ekonomi dan observasi perilaku masyarakat dalam memanfaatkan lahan dan sungai.
Jenis data yang dikumpulkan meliptui dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh secara instansional, seperti pengumpulan laporan penelitian di DAS Siak, pengumpulan peta-peta dan data statistik (Buku Kabupaten dalam angka). Sedangkan data primer diperoleh melalui survei lapangan.
Tahapan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu :
a. Tahap Persiapan :
Telaah pustaka, laporan penelitian
Pengadaan peta topografi skala 1 : 25.000
Pembuatan peta dasar skala 1 : 25.000
Penyusunan rencana survei
b. Tahap Pelaksanaan :
c. Tahap Penyusunan Laporan :
Perumusan hasil kajian profil lingkungan
Rekomendasi sistem pengelolaan lingkungan
Diskusi dan seminar Penyempurnaan/perbaikan laporan akhir.

2. Pengolahan Data
Yaitu perhitungan tingkat keparahan erosi dan besarnya sedimentasi dengan menggunakan metode menggunakan model regresi linier berganda; Yj = f (X j ), atau Yj = bo + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3, dimana Yj adalah faktor independen atau bebas (seperti penanganan bahaya erosi atau sedimentasi) dan b adalah faktor terikat (tingkat erosi atau sedimentasi, status bahaya erosi, kemiringan lereng ataupun besarnya curah hujan atau nilai kredibilitas tanah). Selain itu pengolahan data dapat menggunakan computer dengan analisis varian
3. Analisis Data
yaitu menganalisis hasil data yang telah didapatkan dari hasil pengamatan dilapangan. Baik data yang diperoleh dari instansional seperti pengumpulan laporan penelitian di DAS Siak, pengumpulan peta-peta dan data statistik (Buku Kabupaten dalam angka). dalam bentuk data sekunder dan data primer hasil pengamatan langsung dilapangan.
Cara Analisis Data
Teknis analisis data yang diperlukan dalam rangka mengkaji profil lingkungan DAS Siak adalah :
a. Analisis kependudukan dan kebijakan tata ruang
b. Analisis potensi, kendala pengembangan DAS berdasarkan evaluasi karakteristik fisik dan Sosial-ekonomi
c. Analisis pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dengan pendekatan sebab, kewilayahan dan keterpaduan;
d. Analisis degradasi, kerusakan dan pencemaran komponen lingkungan

V. HASIL
1. Sifat Fisis Tanah
Pengamatan dan pengukuran mencakup sifat fisik tanah, yakni : warna, tekstur, struktur, konsistensi, drainase, bahan induk, dan lain-lain; sifat kimia tanah, yakni : pH, kadar bahan organik, kadar kapur, N-Total, P tersedia, K tersedia, kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa, kejenuhan Al, dan lain-lain.
Penamaan tanah dibuat berpedoman pada kategori macam tanah (PUSLITTANAK), Soil Taxonomy (USDA, 2000) pada kategori sub-group (jenis khusus), dan FAO-UNESCO (1998) pada kategori sub unit.
Berdasarkan terminologi tersebut tanah-tanah di daerah ini terdiri dari lima jenis tanah yakni Alluvial, Kambisol, Regosol, Latosal, dan Litosal.
2. Perkembangan bentuk-bentuk erosi tanah
Mengingat bahwa dalam menentukan Tingkat Besaran Erosi diperlukan data laju erosi dan data tebal solum pada setiap bentuk lahan, maka dilakukan pengamatan di lapangan terhadap tanah, topografi, penggunaan lahan, jenis tanaman dan pola tanam serta tindakan konservasi tanah yang diterapkan.
Tabel Kedalaman Solum Tanah Das Siak
Ketebalan Solum Tanah
Keterangan
>90
Dalam
60 – 90
Sedang
30 – 60
Dangkal
<30
Sangat dangkal
Untuk selanjutnya tingkat bahaya erosi (TBE) yang ditentukan dari tingkat laju erosi (A) dan tebal solum tanah dinyatakan sebagai berikut :
Tabel Pembagian Klas Tingkat Bahaya Erosi
No
Tebal Solum (cm)
Tingkat Laju Erosi (ton/ha/th)
I (< 15)
II (15 - 60)
III (60 - 180)
IV (180 - 480)
V (>480)
1
Dalam (>90)
SR
R
S
B
SB
2
Sedang (60 - 90)
R
SB
B
B
SB
3
Dangkal (30 - 60)
SR
B
SB
SB
SB
4
Sangat dangkal (<30)
B
SB
SB
SB
SB
Keterangan : SR = Sangat ringan, R = Ringan, S =Sedang B = Berat, S =Sangat Berat (Sumber : BRLKT (1991) ).
Idealnya pengelolaan lingkungan hidup DAS Siak menganut sistem manajemen modern DAS yaitu “one river basin, one plan, and one integrated management”. Kenyataannya pada sektor-sektor yang berkembang di daerah DAS Siak masih banyak yang saling tumpang tindih dalam perencanaannya.
Adapun kebijakan-kebijakan yang perlu segera dirumuskan adalah :
☻ Kebijakan tentang manajemen tata ruang wilayah yang berkelanjutan (sustainable spatial planning) dalam konteks “watershed management”
☻ Fungsi pengawasan dan pengendalian harus dilaksanakan secara partisipatif di antara semua “stakeholders” termasuk masyarakat.
Upaya melestarikan lingkungan DAS Siak adalah sebagai berikut Upaya-upaya konservasi:
☻ Konservasi pada kawasan hutan lindung, kawasan lindung sempadan sungai Siak terutama di bagian hilir dan sepanjang saluran Banjir Kanal Timur
☻ Konservasi tanah dan air pada kawasan budi daya untuk lahan pertanian dan tegalan
☻ Konservasi biodiversitas (flora dan fauna) yang ada di DAS Siak.
Upaya-upaya rehabilitatif
☻ Mengembalikan fungsi kawasan sesuai dengan RTRW. Apabila hal ini sukar pelaksanaannya, maka langkah yang dapat ditempuh adalah mengharuskan setiap satuan perumahan secara kolektif membuat sumur resapan air hujan.
☻ Meningkatkan upaya penanaman kembali jalur (zonasi) mangrove dengan lebar 200 meter dari garis pantai.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Sungai Siak merupakan salah satu sungai yang memiliki peranan dan fungsi hidrologis yang penting untuk kehidupan.Sepanjang daerah aliran sungai ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan swasta untuk berbagai macam usaha pertanian dan industri khususnya industri kelapa sawit. Seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak berada di Provinsi Riau, melewati empat wilayah administrasi kabupaten dan satu wilayah administrasi kota yaitu Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru. DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan longsor, terjadi berbagai pencemaran, erosi dan pendangkalan. Oleh sebab itu daerah aliran sungai ini perlu diselamatkan denga melakukan langkah pemulihan kembali lahan kritisnya dengan berbagai upaya-upaya konservatif yang nantinya bisa menyelamatkan kehidupan di sekitarnya dan meningkatkan kembali fungsi hidrologisnya yang semakin berkurang.
Berbagai kegiatan yang erat kaitan nya dengan pemulihan, perbaikan untuk tujuan pengembalian dan peningkatan peranan fungsi hidrologis dari DAS ini harus segera dilakukan dengan serius.Proses kegiatan ini membutuhkan bantuan dan peranan dari berbagai pihak baik itu bantuan dari segi moril dan materil agar hasil yang didapat dapat maksimal dan menyelamatkan kembali ekosistem alam di sekitar DAS ini karena setiap makhluk hidup pasti membutuhkan alam, dan sebagai ucapan terima kasih pada alam maka sudah sepantasnyalah setiap makhluk hidup khususnya manusia menjaga alam dan melestarikannya





v Menjelaskan Tentang Enam Bidang Kajian Dalam Geografi
1. Obyek Geografi
Obyek bidang ilmu geografi berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama. Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal geografi juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan ilmu yang satu dengan ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks ini geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenal adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

2. Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang ilmu geografi dikenal beberapa prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
Prinsip Penyebaran Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
Prinsip InterelasiFenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia lain. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku manusia.
Prinsip DeskripsiFenomena alam dan manusia saling memiliki keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
Prinsip KorologiPrinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
3. Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambarkan corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu, konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
bumi sebagai planet
variasi cara hidup
variasi wilayah alamiah
makna wilayah bagi manusia
pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
wilayah atau regional
lapisan hidup atau biosfer
manusia sebagai faktor ekologi dominan
globalisme atau bumi sebagai planet
interaksi keruangan
hubungan areal
persamaan areal
perbedaan areal
keunikan areal
persebaran areal
lokasi relatif
keunggulan komparatif
perubahan yang terus menerus
sumberdaya dibatasi secara budaya
bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari.






5. Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfera)
pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
pendekatan keruangan,
pendekatan kelingkungan, dan
pendekatan kompleks wilayah
a. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang. Oleh karena itu, analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach)
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relik fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk serta proses anorganik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu, ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan.
6. Aspek Geografi
Aspek geografi itu terbagi menjadi dua, yaitu :
· Aspek Fisik
· Aspek Sosial

POLA SPASIAL WILAYAH BANJIR DAN TINGKAT KESULITAN EVAKUASI
DI KELURAHAN PETOGOGAN DAN KELURAHAN PELA MAMPANG
JAKARTA SELATAN

Latar Belakang

Banjir merupakan fenomena alam dan masalah yang ditimbulkan tidak dapat diatasi atau dikendalikan secara mutlak (Siswoko,2002). Dalam sistem sungai, banjir merupakan cara alami bagi sistem tersebut untuk menyalurkan jumlah air yang berlebih pada hujan besar yang turun sewaktu–waktu. Hal ini bukan merupakan masalah hingga manusia kemudian memanfaatkan dataran banjir alami tersebut bagi kepentingannya serta melindungi dirinya dari banjir. Kita lalu menghadapi dilema yaitu perlindungan melawan bencana alam bagi kepentingan manusia yang memilih untuk tinggal dan hidup di dataran daratan banjir (Kent,1994). Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diatas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga air sungai meluap menggenangi wilayah sekitarnya. Kemampuan/ daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama, akan tetapi berubah akibat proses sedimentasi, penyempitan sungai akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/ pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir (Prih, 2005). Permasalahan mengenai bencana banjir di Jakarta bermula ketika penduduk Jakarta mengalami keterbatasan lahan untuk tempat tinggal, akibat dari pertumbuhan penduduk, ditambah arus urbanisasi yang menyebabkan wilayah yang secara alami merupakan dataran banjir (flood plain) dibangun menjadi tempat tinggal, yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi langganan banjir tiap tahunnya. Keadaan ini sangat bertentangan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 63 Pasal 6 Tahun 1993 tentang garis sempadan sungai, yang menyatakan garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya tiga meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul, sedangkan garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 10–20 meter.
Dahulu istilah pengendalian banjir diartikan hanya membuat bangunan pengelak, penahan, memperlancar aliran dan bangunan peredam banjir, maka sekarang pengertian banjir lebih berpusat kepada kegiatan mengurangi kerugian (flood mitigation) dengan banyak pilihan, bukan hanya lewat penyelesaian teknis semata (Seohoed, 2002)Untuk itu, diperlukan suatu data spasial yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan mengenai mitigasi banjir. Dalam hal ini sistem informasi geografi merupakan suatu perangkat yang bisa mengumpulkan, menyimpan, menampilkan, dan mengkorelasikan data spatial dari fenomena geografis untuk di analisis dan hasilnya dikomunikasikan kepada pemakai data, bagi keperluan pengambilan keputusan (Gunawan, 1995 dalam Supriatna, 2005). Permasalahan mengenai bencana banjir di Jakarta bermula ketika penduduk Jakarta mengalami keterbatasan lahan untuk tempat tinggal, akibat dari pertumbuhan penduduk, ditambah arus urbanisasi yang menyebabkan wilayah yang secara alami merupakan dataran banjir (flood plain) dibangun menjadi tempat tinggal, yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi langganan banjir tiap tahunnya. Keadaan ini sangat bertentangan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 63 Pasal 6 Tahun 1993 tentang garis sempadan sungai, yang menyatakan garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya tiga meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul, sedangkan garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 10–20 meter.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pola spasial wilayah banjir di Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang pada kejadian banjir 2007. Dari hasil penelitian ini akan didapatkan infomasi keruangan yaitu; peta wilayah banjir, peta lama genangan, peta ketinggian genangan, peta kepadatan bangunan, peta jaringan jalan, jumlah bangunan yang tergenang dan jumlah korban banjir.

Masalah
1. Bagaimana pola spasial wilayah banjir di Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang pada kejadian banjir tahun
2007 ?
2. Bagaimana tingkat kesulitan evakuasi pada kejadian banjir tahun 2007 ?

Metodologi Penelitian
Variabel yang digunakan untuk pola spatial wilayah banjir dalam penelitian ini adalah :
1. Kerapatan Bangunan (bangunan/ha)
2. Wilayah banjir (m²)
3. Ketinggian genangan (cm)
4. Lama genangan (hari)
5. Jumlah korban banjir (jiwa)
6. Lebar jalan (m)
Data Yang Digunakan
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 1.





Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :
1. Kerapatan bangunan
2. Wilayah banjir
3. Ketinggian genangan
4. Lama genangan
5. Lebar jalan

1.5. Analisis



Untuk menjawab permasalahan pertama, digunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan, dengan mendeskripsikan pola spasial wilayah banjir berdasarkan masing-masing variabel, yaitu : kerapatan bangunan, luas wilayah banjir, ketinggian genangan banjir, lama genangan banjir dan lebar jalan.
Untuk menjawab pertanyaan kedua, dilakukan metode pembobotan (skoring) dengan Analisis Hirarki Proses (AHP) untuk menetukan tingkat kesulitan evakuasi.





Global Economic alias Ekonomi Global

PASAR DAN PEMERINTAH DALAM EKONOMI GLOBAL

Kita membutuhkan pemerintah dalam hal:
- menyelenggarakan kontrak dasar dan hak kepemilikan dalam pasar
- menyediakan barang dan jasa yang belum siap untuk dipasarkan
- mengatasi kekurangan yang muncul akibat transaksi murni pasar

Rumah Tangga Dan Perusahaan Dalam Pasar
Adanya pasar, terjadi akibat ketidak mampuan kita untuk mecukupi kebutuhan pribadi oleh diri sendiri,maka dari itu kita membutuhkan barang yang dihasilkan oleh orang lain.

Perbandingan Keuntungan dan Spesialisasi
Sistem pasar adalah sebuah system dimana individu-individu dan perusahaan-perusahaan menggunakan pasar untuk memfasilitasi pertukaran uang dan barang. Sedangkan euntungan absolut adalah kemampuan seseorang atau suatu Negara untuk memproduksi barang khusus dengan biaya absolut yang lebih rendah dibadingkan dengan orang atau Negara lain.
Mengenai spesialisasi dalam hal meningkatkan suatu produksi barang, dapat dijelaskan melalui prinsip biaya imbangan. Spesialisasi dikatakan menguntungkan bila terdapat perbedaan biaya keseimbangan sebagai perbandingan keuntungan atau comparative advantage ( kemampuan seseorang atau suatu Negara untuk memproduksi sebuah barang dengan biaya imbangan yang lebih rendah disbanding biaya imbangan dari orang atau negra lain). Maksudnya adalah: jika masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan pribadinya,namun dnegan keahlian yang dimilikinya, mereka dapat menukarkan apa yang mereka produksi dengan barang atau jasa yang mereka inginkan sebagai pemuas kebutuhan. Dalam ekonomi modern, kita tidak menukar secara barter(langsung) melainkan menggunakan uang dalam proses pertukaran.

Rumah Tangga dan Perusahaan
Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang tinggal dalam unit rumah yang sama. Sedangkan perusahaan adalah sebuah organisasi yang menggunakan sumberdayan yang dimilikinya untuk memproduksi barang lalu menjualnya. Perusahaan dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
- A sole proprietorship ; yaitu sebuah perusahan yang hanya dimiliki oleh satu orang yang berhak atas semua keuntungan dan sebgai penanggung jawab keseluruhan dari semua hutang perusahaan.
- A partnership ; sebuah kesatuan perusahaan yang dimiliki oleh dua orang atau lebih, dimana semua orang bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang didapat.
- A coorporation ; merupakan suatu kesatuan legal yang dimiliki oleh banyak pemilik saham dimana pada perusahaan tersebut tanggung jawab perseorangan atas kerugian dan keuntungannya terbatas.
Multinational corporation adalah suatu organisasi yang memproduksi dan menjual barang dan jasa ke seluruh dunia.

Perputaran Aliran
Terdapat dua jenis pasar yang memungkinkanterjadinya pertukaran, yaitu:
faktor atau input pasar ; pemilik faktor produksi menjualinputnya kepada organisasi yang menggunakan input tersebut untuk memproduksi barang dan jasa.
barang atau output pasar ; organisai yang memproduksi barang menjualnya kepada kosumen.

Rumah Tangga Sebagai Penjual dan Pembeli
Kedudukan rumah tangga adalah sebgai pemilik faktor produksi. Terdapat tiga tipe pasar faktor, yaitu:
pasar tenaga kerja ; perusahaan menyewa pekerja dan membayar gaji atas jamkerja yang mereka laksanakan
pasar modal ; rumah tangga menggunakan simpanan mereka untuk menyediakan dana atau modal, dimana perusahaan akan menggunakannya utuk membeli modal isik. Dalam pertukaran modal, rumah tangga meminta pembayaran bunga atau beberapa porsi keuntungan dari perusahaan.
Pasar sumber daya alam.
Sehingga pada kesimpulannya adalah rumah tangga sebgai penjual dalam pasar faktor dan sebagai pembeli dalam pasar barang.

Perusahaan Sebagai Penjual dan Pembeli
Tujuan yang dimiliki oleh perusahaan adalah mengubah bentuk input menjadi output dan menjual barang kepada rumah tangga.
Dan pada akhirnya, kedudukan perusahaan adalah sebgai pembeli dalam pasar faktor dan penjual dalam pasar barang.


Diagram perputaran aliran menggambarkan interaksi rumah tangga dan perusahaan dalam pasar faktor maupun pasar barang Diagam sederhana perputaran aliran digunakan sebagai titik awal untuk mendeskripsikan bagaimana cara kerja ekonomi, namun memiliki kelemahansebgai berikut:
tidak menerangkan pengaruh pemerintah
tidak menerangkan pengaruh perdagangan internasional


Peran Pemerintah

Peran pemerintah dalam sistem ekonomi berbasis pasar memiliki lima kewajiban umum, antara lain:
menyediakan barang dan jasa
mendistribusi pendapatan atau income
pajak
regulasi praktek bisnis
pembuat kebijakan perdagangan.
Di Amerika serikat terdapat tiga level pemerintahan, yaitu :
local government atau pemerintah lokal
state government atau pemerintah kota
national government atau pemerintah pusat


Alokasi Program Pemerintah
Alokasi yang dilakukan oleh pemerintah (AS) antara lain :
local government mengalokasikan program untuk pendidikan (TK – SMA); kesejahteraan dan kesehatan ; lingkungan dan perumahan ; keamanan umum ; transportasi.
state government mengalokasikan programnya untuk pendidikan(universitas) ;kesejahteraan umum ; keamanan umu ; lalu diikuti oleh jalan raya, program kesehatan dan transportasi.
federal government mengalokasikan programnya untuk pendapatan keamanan dan pertahanan nasional.

Kriteria Sistem Pajak
Adapun kriteria sistem pajak antara lain adalah:
Ë adil, mudah dimengerti,dan tidak memisahkan pasar dengan cara operasi lain yang lebih efektif
terdapat dua perspektif dalam isu keadilan, yaitu:
- keuntungan pendekatan pajak ; bahwa kewajiban seseorang membayar pajakharus disesuaikan dengan keuntungan dari program pemerintah.
- Kemampuan warga membayar pajak yang dibagi menjadi :
· Keadilan horizontal ; dimana masyarakat yang tergolong dalam kelas ekonomi yang sama harus membayar pajak yang sama besar.
· Keadilan vertikal ; dimana masyarakat yang memiliki pendapatan atau kekayaan yang lebih besar seharusnya membayar pajak yang lebih besar pula.
Ë sederhana ( tidak membingunkan )
Ë sistem pajak mempengaruhi keputusan pasar

Sumber Pendapatan Pemerintah Lokal, Kota, Federal
Sumber pendapatan (khususnya di AS) berasal dari:
Pendapatan local government berasal dari sumber pajak bumi dan bangunan, perdagangan, dan industri.
Pendapatan state government berasal dari pajak penjualan dan pajak pendapatan.
Pendapatan federal government berasal dari pajak pendapatan dan pajak payroll ??

Peraturan Pemerintah
Kebanyakan pada tingkat dasar, pemerintah menetapkan sebuah system legal untuk menguatkan perlindungan hak kepemilikan. Pada tiap tingka pemerintahan , mereka mengatur aktivitas perekonomian. Contohnya: pemerintah lokal menetapkan penggunaan lahan, pemerintah kota menetapkan peratuan mengenai polusi udara dan air.

Alternatif Sistem Ekonomi : Perencanaan Ekonomi Terpusat
Penrencanaan ekonomi terpusat merupakan system ekonomi dimana keputusan untuk memproduksi dan konsumsi ditetapkan oleh pemerintah pusat, bukan oleh produsen atau konsumen pasar. Masalah untam yang timbul dari system ini adalah :
Bonus perkerja dan perusahaan digunakan untuk pertemua atau mengatasi target produksi yang ditetapkan oleh birokrat sehingga menyebabkan pekerja dan perusahaan mengalami potensi produksi yang mereka miliki.
Birokrat mengalami kekurangan informasi untuk membuat banyak keputusan yang diinginkan untuk mengalokasikan bahan mentah dan input lain kepada beberapa ribu perusahaan.
Maka dari itu beberapa Negara menganti system ekonominya dari sistem ekonomi terpusat menjadi sistem ekonomi campuran ( Sistem ekonomi dimana pemerintah memiliki peranan penting, termasuk peratuarn pasar, tempat dimana keputusan banyak dibuat). Namun Negara tersebut mungkin saja mengalami kesulitan dalam trasisi sehingga harus mengadakan privatisasi (penjualan perusahaan pemerintah kepada individu atau pihak swasta).


Ekonomi Global
Zaman ekonomi global seperti ini,banyak barang yang diproduksi di sebuah Negara dan dijual di negra lain. Namun kesulita yang dihadapi akibat keterlibatan adanya perdagangan internasional adalah:
Beberapa pemerintah mengadopsi kebiakan untuk melarang perdagangan
Karena beberapa Negara memiliki mata uang tersendiri, maka harus ada pasar mata uang.

Perdagangan Internasional : Ekspor dan Impor
§ Ekspor adalah barang yangdiproduksi sebuah Negara dan dijual kepada Negara lain.
§ Impor adalah barang yang diproduksi di luar negeri atau Negara lain dan dibeli oleh Negara.
Yang dimaksud dengan kebijakan perdagangan internasional adalah perdagangan yang terjadi antar Negara tidak tedapa sesuatu yang disembunyikan dari perdagangan antar idividu, wilayah atau region dengan suatu Negara.

Kebijakan Perlindungan
Kebanyakan negra melakukan berier perdagangan (dalam bentuk peraturan) untuk membatasi perdagangan internasional. Kebijakan ini ditujukan untuk melindungi perusahaan domestik dari kompetitor asing. Bentuk proteksi tersebut antara lain:
Quota ; batas absolut dari volume barang khusus yang isa diimpor ke dalam suatu Negara.
Menahan ekspor secara suka rela ; suatu Negara setuju untuk membatasi volume ekspor denan Negara lain.
Bea ; pajak khusus dalam mengimpor barang.
Cara lain untuk mengatasi impor tanpa barier perdagangan antara laina adalah menargetkan impor untuk lebih eliti dalam hal kesehatan dan keamanan.

Sejarah Bea dan Perjanjian Perdagangan
Sejak tahun 1980 amerika Serikat telah menetapkan rata-trata bea sekitar 5 % . Tahun 1947 dibentuk GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) sebah perjanjian internasional yang mengurangi barier perdagangan antara Amerika Serika dengan negara-negara lain. Akhirnya seiring berkembangnya zaman, banyak dibentuk semacam organisasi atau perjanjian yang intinya mengurangi berier perdaganan anggota-anggotanya seperti NAFTA (North American Free Trade Agreement) untuk Amerika Serikat, Meksiko dan Kanada ; EU (European Union) untuk Negara-negara di eropa ; APEC ( Asian Pasific Economic Cooperation) yang terdiri dari 18 negara-negara Asia.

Pasar Mata Uang dan Standar Pertukaran
Pasar mata uang asing adalah sebuah pasar dimana masyarakat dapat menukar mata uang yang satu dengan mata uang yang lain. Sedangkan standar pertukaran adalah harga pada perdagangan mata uang asing untuk mata uang asing lainnya. Standar pertukaran dibatasi pada standar tertentu dimana kita bisa menukar satu mata uang asing dangan satu mata uang asing tertentu lainnya. Dengan standar pertukaran antara dua jenis mata uang, kita bisa menentukan harga actual dari barang yang diproduksi Negara lain.